KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, dan tak lupa salawat
beriring salam kita hanturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas mandiri karya ilmiah pada mata kuliah IAD-IBD-ISD ini
tepat waktu.
Karya ilmiah dengan judul “NORMA DAN ETIKA ASAS-ASAS EKONOMI ISLAM” ini saya susun untuk memenuhi
nilai tugas mandiri karya ilmiah yang diberikan oleh, Ibu Lenggogeni Putri
S.Pdi.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu lenggogeni
putri selaku dosen IAD-IBD-ISD.Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, dengan kerendahan hati, kami memohon maaf. Semoga Karya Ilmiah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. AMIN.
Tembilahan,3
Desember 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... ...... 1
DAFTA ISI...................................................................................................................... ...... 2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... ...... 3
A. Latar
Belakang............................................................................................. ...... 3
B. Rumusan
Masalah........................................................................................ ...... 3
C. Tujuan
Penulisan........................................................................................... ...... 3
D. Manfaat
Norma dan Etika asas-asas Ekonomi Islam..................................... ...... 3
BAB II ASAS-ASAS
EKONOMI ISLAM.......................................................... ...... 4
a. Definisi
Ekonomi Islam................................................................................. ...... 4
b. Manusia
Objek Studi.................................................................................... ...... 4
c. Metode
Studi Islam...................................................................................... ...... 5
d. Prilaku
Ekonomi........................................................................................... ...... 6
e. Pengelolaan
Sumber Daya Alam................................................................... ...... 6
f.
Asas-asas Ekonimi Islam.............................................................................. ...... 9
A. NORMA
DAN AKHLAK DALAM PEREKONOMIAN DAN MUAMALAT ISLAMI 10
a. Sistem
Ekonomi Bercirikan Ketuhanan........................................................... ...... 10
b. Ekonomi
Pengunjung Akidah......................................................................... ...... 12
B. SISTEM
EKONOMI BERLANDASKAN ETIKA............................................. ...... 13
a. Ekonomi
Dan Etika........................................................................................ ...... 13
b. Kegangguan
Nonmuslim Terhadap Etika Ekonomi Islam................................. ...... 13
C. Norma
Kapasitalisme Etika Dalam Ekonomi Islam................................................ ...... 14
a. Krisis
Ekonomi Secara Global........................................................................ ...... 14
b. Norma
kapitalisme Dalam Islam...................................................................... ...... 15
D. PENGENALAN
EKONOMI ISLAM................................................................. ...... 16
a. Ekonomi
Islam................................................................................................ ` 17
b. Aspek-aspek
Yang Berubah........................................................................... ...... 17
c. Sikap Umat Islam kini dalam melaksanakan Ekonomi Islam............................. ...... 18
BABA III PENUTUP............................................................................................... ...... 20
A.
Kesimpulan.................................................................................................. ...... 20
B.
Saran........................................................................................................... ...... 20
DAFTAR
PUSTAKA 21
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada
bagian ini penulis mengemukakan sebab-sebab mengapa kita perlu mempelajari
tentang Etika dan Norma asas-asas Ekonomi islam dalam kehidupan sehari-hari
oleh sebab itu timbul maslah tentang ekonomi islam yang berdampakan negatif
terhadat kehidupan maka dari itu kita harus memahami tentang Etika dan norma
dalm islam. Agar kita dapat mengetahui
bagaimana perkembangan ekonomi islam di zaman era globalisai ini.
B.
Perumusan
Masalah
Perumusan
masalh harus sungguh-sungguh jelas. Permasalahan yang akan menjadi pembahasan tentang etika
dan norma asas-asas ekonomi islam. Di ajukan dalam bentuk pertanyaan. Agar
penulis dapat menjawab dengan tepat tentang terjadinya asas-asas ekonomi islam.
C.
Tujuan
Penulisan
Tujunnya
adalah agar kita dapat memahami tentang asas-asas ekonomi yang berlandaskan
norma dan etika kita terhadap kehidupan. Adapun yang paling khususnya dalam
perkembangan ekonomi di zaman era globalisasi ini yang sangat erat dengan norma
dan etika. Bila seseorang tidak dapat mengendalikan dirinya dengan norma dan
etika terhadap asas-asas ekonomi islam, maka seseorang tersebut akan terjerumus
kepada dunia kehidupan yang tidak mempunyai norma dan etika.
D.
Manfaat
Norma dan Etika asas-asas Ekonomi
Adapun manfaat kita
mempelajari norma dan etika asas-asas
ekonomi islam:
JIKA
kita berbicara tentang norma dan muamalat islami kita akan menemukan empat
sandi utama. Keempat sandi tersebut adalah ketuhanan,etika,kemanusiaan,dan
sikap pertengahan.keempat sandi tersebut merupakan ciri khas ekonomi islam, bahkan
dalam realita merupakan milik bersama umat islam dan tampak dalam segala hal
yang berbentuk islami.
Setiap
norma ini mempunyai cabang-cabang, buah dan pengaruh bagi aspek ekonomi dan
sistem keuangan islam, baik dalam hal produksi,konsumsi,distribusi,masalh
ekspor,maupun inpor yang semuanya diwarnai dengan norma ini. Kalau tidak maka
bisa dipastikan bahwa islam hanya sekedar simbol atau selogan pengakuan belaka.
Ekonomi
islam didefinisikan sebagai cabang ilmu yang membantumerealisasikan
kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumberdaya yang
langka,yang sejalan dengan ajara islam, tanpa membatasi kebebasan individu
ataupun menciptakan ketidakseimbangan makro dan ekologis.
BAB
II
ASAS ASAS EKONOMI ISLAM
a.
Definisi Ekonomi islam
Definisi ekonomi menurut Auto (2003) ada 8
yaitu:
1.
Ekonomi islam adalah ilmu yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi masyarakat dalam perspektif nilai-nilai islam
(mannan,1986:hal.18).
2.
Ekonomi
islam didefinisikan sebagai cabang ilmu yang membantumerealisasikan
kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumberdaya yang
langka,yang sejalan dengan ajara islam, tanpa membatasi kebebasan individu ataupun
menciptakan ketidakseimbangan makro dan ekologis (Chapra,1996:hal.33).
3.
Ekonmi
islam adalah tanggapan pemikir-pemikir muslim terhadap tantangan ekonomi pada
zamannya. Dalam upaya ini mereka dibantu oleh Al-qur’an dan hadist, serta alsan
dan pengalaman (Siddiqi,1992:hal .69).
4.
Ekonomi
islam adalah suatu ilmu aplikasi petunjuk aturan syariah yang mencegah
ketidakadilan dalm memperoleh dan menggunakan sumber daya material agar
memenuhi kebuthan manusia agar dapat menjalankan kewajibanya kepada Allah dan
masyarakat (Hasanuzzaman,1984:hal.18).
5.
Ekonomi
islam memusatkan perhatian pada studi tentang kesejahteraan manusia yang
dicapai dengan mengorganisaikan sumber daya di bumi ini atas dasar kerja sama
dan partisipasi (Khan,1994: hal.33).
6.
Ekonomi
islam adalah suatu upaya sistematik untuk memahapi masalah ekonomi dan prilaku
manusia dari perspektif Islam (Ahmad,1992. Hal.19).
7.
Ekonomi
islam merupakan studi mengenai representasi perilaku ekonomi umat islam dalam
suatu masyarakat muslim modern (Naqvy,1994: hal. 20).
8.
Ekonomi
islam merupakan mazhab ekonomi islam, yang menjelma di dalamnya bagaimana cara islam mengatur kehidupan perekonomian,
dengan apa yang dimiliki dan ditunjukkan oleh mazhab ini tentang ketelitian
cara berfikir yang terdiri dari nilai-nilai moral Islam dan nilai-nilai
ekonomi, atau nilai sejarah yang ada hubungannya dengan masalah siasat
perekonomian, maupun dengan uraian sejarah masyarakat (As Shodr,1968: hal.9).
b.
Manusia Objek Studi
Menurut ismail (1993) kajian mengenai manusia telah banyak ditulis
dengan sudut pandang dan cara analisis yang cukup beragam. Sebagian
menitikberatkan pada pola fikir sains (metode ilmiah) dan sebagian lagi
mendasarkan kepada (metode rasional) atau disebut pola piki rasional. Kedua
metode tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.
Metode ilmiah
Metode ilmiah banyak digunakan oleh ilmuan untuk meneliti hakikat
sesuatu dengan melakukan eksperimen terhadap objek yang akan diteliti. Objek
ditempatkan dalam sebuah kondisi yang direkayasa sesuai keinginan sebagai upaya
meniadakan pengaruh lain yang tidak diharapkan. Ciri khas dari metode ini
menurut ismail (1993) adalah mengesampingkan kebenaran informasi yang telah ada
yang dibangun oleh ilmuan sebelumnya. Kebenaran ini akan diterima setelah
didapatkan kembali sebuah bukti dalam eksperimen yang telah dilakukan.
2.
Metode rasional
Metode rasional
sebenarnya adalah proses pemikiran melalui pencermatan realitas dengan indra.
Realitas akan ditafsirkan untuk menghasilkan sebuah pemikiran dengan melalui
bantuan otak dan informasi yang ada. Dalm praktiknya, metode ini yang paling
sering dilakukan karena dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja. Berbeda
dengan metode ilmiah yang hanya menghasilkan dugaan kesimpulan,hasil metode ini
dapat mengandung dua kemungkinan yaitu:
a.
Jika kesimpulan itu berkaitan
tentang “ada” atau “tidak ada” sesuatu, maka ia bersifat pasti dan tidak
mengandung usur kesalahan. Misalnya kebenaraan adanya buku yang kita lihat
adalah mutlak. Begitu pula keberadaan seseorang yang berada di belakang tembok
namun terdengar suaranya adalah mutlak.
b.
Apabila berkaitan dengan hakikat
atau fenomena sesuatu, maka hasil metode ini bersifat tidak pasti dan mungkin
mengandung kesalahan. Faktor kesalahan yang dimungkinkan terjadi dapat
dihilangkan dengan menggunakan informasi lain yang telah dapat dibuktikan
kebenaran keberadaannya secara mutlak.
c.
Metode Studi Islam
Dalam konsep Islam, semu sistem kehidupan yang di dalamnya termasuk
sistem ekonomi harus dibangun dengan sebuah kebenaran. Diambil dari sumber yang
benar, dikaji dan diterapkan secara benar pula. Akidah islam menurut seorang
Muslim untuk berupaya mencari kebenaran hakiki. Kebenaran akan adanya Allah
Swt. Akan ditemukan seornag muslim melalu metode rasional (metode aqliyah). Begitu pula ia akan mendapat bukti-bukti kebenaran
bahwa Muhammad adalah Rasullullah dan selanjutnya akan terbukti dirayah bahwa
Al-qur’an adalah kalamullah. Sebagai kalammullah , akal manusia akan mengatakan
bahawa segala sesuatu yang tercantum dalam Al-qur’an pasti mengandung kebenaran
yang mutlak.
Metode berfikir manusia dapat diluruskan, dengan berakal informasi yang
disampaikan Al-qur’an. Kebenaran wahyu Allah kemudian akan menurunkan
keterbatasan akal pikiran manusia. Allah menjelaskan berbagai potensi kehidupan
manusia berupa akal, kebutuhan fisik dan naluri.
Jika demikian, perlukah untuk beralih dari cara berfikir Barat dan
menjadikan pandangan Islam tentang manusia sebagai landasan pengembangan ilmu
sosial dan ilmu ekonomi? A.M Saefuddin (1987) mengemukakan bahwa pandangan ilmu
ekonomi tentang manusia sekarang ini sarat dengan kultur Barat sehingga perlu
diganti dengan “homo Islamicus” (makhluk Islam). Barat
menetapkan manusia sebagai “homo economicus” (makhluk ekonomi), yang dalam
hidupnya hanya berfokus kepada maneti belaka, tida peduli soal moral maupun
agama. Mereka hanya memperhatikan keuntungan materi dengan prnisip “mendapatkan
keutungan semaksimal mungkin dengan biaya seminimal mungkin.”
Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia dan memuaskan akal
manusia. Asal menggunakan akal sehat serta menghilagkan akal ego pribadi, ia
pasti akan dapat menerima Islam dengan segenap metode yang dimilikinya, siapa
pun itu orangnya. Dalam hal ini, Islam telah mendorong manusia untuk
menggunakan rasio atau kemampuan pikirnya untuk memahami sesuatu yang dapat
dilihat secara indrawi. Keberadaan Allah, kebenaran Al-qur’an, dan kerasullan
Muhammad Saw. Keberadaan kebutuhan fisik dan naluri manusia, keterbatasan
manusia, dan lain sebagainya, dapat dipahami melalui metode rasional. Karena
semua ini dapat diperhatikan realitasnya, diindra dan ditafsirkan melalui
proses berfikir. Sedangkan terhadap sesuatu yang tidak dapat diindra oleh
manusia, maka hal tersebut dapat diketahui melalui informasi yang telah teruji
kebenarannya (dalil naqli) secara
rasional pula, yaitu Al-qur’an Al-hadist.
d.
Prilaku Ekonomi
Menurut ismail (1998) perilaku manusia merupakan perbuata-perbuatan
yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan naluri dan kebutuhan fisiknya. Perilaku
ini berjalan secara pasti sesuai dengan kecendrungan-kecendrungan yang ada pada
diri manusia untuk memenuhi kenutuhan tersebut.
Dalam berprilaku, manusia memiliki kewenangan untuk memilih apakah ia
akan melakukan aktivitas tersebut atau tidak. Apakah manusia duduk atau
berdiri, mencari atau membeli, makan tau mogok makan, dan lain sebagainya
adalah hasil dari pilihan manusia. Dalam pemahaman islam,inilah kebebasan yang
diberikan Allah Swt. Kepada umat manusia di samping adanya Qadha dan Qadhar
yang telah ditentukan oleh Allah Swt. Konsep ini tentunya sangat bertentangan
dengan konsep”bidak” yang menganggap manusia tidak memiliki pilihan dalam
bertindak ataupun konsep “tabula rasa” yang menganggap manusia lahir tanpa
memiliki potensi apa pun.
e.
Pengelolaan Sumber Daya Alam
Segala
sumber daya tersebut ditundukkan oleh Allah untuk diserahkan pengelolaanya
kepada manusia. Hal ini terungkap dalam berbagai ayat seperti:
Allah
berfirman:
Artinya:
Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu
kemudian Dia menuju ke langit, lalu dia menyempurnakan menjadi tujuh langit.
Dan dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Baqarah: 29)
Allah
berfirman:
Artinya:
Allah-lah menundukkan laut untukmu agar kapal-kapal dapat berlayar di
atasnya dengan perintah-nya, dan agar kamu dapat mencari sebagian karunia-nya,
dan agar kamu bersyukur. (Al-Jatsiyah: 12)
Allah
berfirman:
Artinya:
Dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-nya. Sungguh, dalam hal yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang
berfikir.(Al-Jatsiyat: 13)
Allah
berfirman:
Artinya:
Dan kami ajarkan (pula) kepada Daud cara membuat baju besi untukmu,
guna melindungi kamu dalam peperanganmu. Apakah kamu bersyukur (kepada Allah)? (Al-Anbiya:
80)
Allah
berfirman:
Artinya:
Sugguh, kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan bukti-bukti yang
nyata dan kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia
dapat berlaku adil. Dan kami menciptakan besi yang mempunyai kekuatan hebat dan
banyak manfaat bagi manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong
(agama-nya) dan rasul-rasul-nya walaupun Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya
Allah Maha kuat,Maha perkasa. (Al-Hadid: 25)
Namun, penundukan sumber daya tersebut bukan untuk diserahkan
kepemiliknya kepada manusia secara mutlak. Hanya Allahlah satu-satunya pemilik
hakiki atas sumber daya tersebut sebagaimana penjelasan Allah di berbagai ayat
Al-qur’an (Al-Baqarah ayat 29). Allah Swt. Senantiasa menjadikan diri sebagai
pemilik atas segala sesuatu yang kemudian menganugrahkan kepada umat manusia.
Dan selanjutnya, atas penganugrahan tersebut, Allah Swt. Memberikan wewenang
kepada manusia untuk mengusahakan dan memanfaatkan sumber daya tersebut.
Karena ssumber daya tersebut tidak dimiliki secara mutlak oleh manusia,
maka tugas manusia adalah mengemban amanah penggelolaan sumber daya tersebut.
Manusia tidak dapat berbuat semaunya hingga dapat menimbulkan kerusakan dan
kerugian bagi dirinya, atau sumber daya itu sendiri.
Oleh karenanya Allah berfirman:
Artinya:
Dan jangan lah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang
bhatil, da (jangan-lah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan
maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa,
padahal kamu mengetahui. (Al-Baqarah: 188)
f.
Asaa-asas Ekonomi Islam
Asas-asas
ekonomi Islam atau keistimewaannya bolehlah dirumuskan kepada 3 perkara:
1.
Gabungan antara perkara yang tetap dengan perkara yang
berubah.
2.
Gabungan antara dua maslahah iaitu antara maslahah
individu dan maslahah umum.
3.
Gabungan antara maslahah kebendaan dan keperluan
kerohanian.
Ekonomi
Islam dari usul merupakan “Iqtisad Ilahi” (Ekonomi yang bertunjangkan sistem
tuhan) manakala dari segi pelaksanaan merupakan “Iqtisad wada’ie” iaitu ekonomi
yang menggabungkan antara asas yang tetap dengan perkara pelaksanaan yang
berubah.
Asas yang
tetap iaitu dari segi asas-asas yang terkandung dalam al-Quran dan as-Sunnah
seperti yang telah diterangkan sebelum ini. Usul-usul ini tidak berubah
walaupun berlakunya perubahan tempat dan masa.
Asas yang
berubah dan berkembang iaitu cara pelaksanaan berdasarkan usul-usul yang tetap
yang boleh berubah kerana faktor persekitaran, tempat dan masa yang dikenali
sebagai “sistem ekonomi Islam” seperti ijtihad Saidina Umar bin Khatab yang
menganggap tanah pembukaan di Syam dan Iraq sebagai pemilikan negara dan tidak
lagi menyerahkan tanah tersebut kepada individu pembukanya sebagai harta
rampasan perang iaitu Ghanimah
Dari
keterangan di atas dapatlah disimpulkan bahawa ekonomi Islam terdiri daripada
tiga aspek terpenting:
1.
Ekonomi Islam iaitu ekonomi Ilahi dari segi ideologi
dan wada’ie dari segi pelaksanaannya.
2.
Ekonomi Islam bersesuaian untuk semua tempat, masa dan
tidak terikat dengan peringkat tertentu dari segi sejarah.
3.
Peraturan ekonomi Islam berlainan dengan kelainan
tempat dan masa, ia tidak terikat dalam bentuk dan saiz yang tertentu.
Dari sini
adalah satu kesilapan jika sekiranya ada suara-suara yang ingin mengembalikan
ekonomi Islam seperti zaman khulafa Al-Rasyidin sedangkan zaman kita bukanlah
zaman khulafa’ al-Rasyidin, masalah baru yang timbul memerlukan ijtihad dan
pelaksanaan yang berlainan dengan zaman-zaman yang sebelumnya. Perubahan
pelaksanaan mungkin juga boleh berlaku dalam satu masa tapi berlainan tempat
umpamanya pelaksanaan di Malaysia berkemungkinan berlainan di negara-negara
yang lain.
Sememangnya
pelaksanaan ekonomi Islam pada zaman khulafa merupakan contoh berdasarkan asas
syarak tetapi ia bersesuaian pada masa itu. Apabila pertumbuhan telah
berkembang, maka pelbagai bentuk dan saiz yang memerlukan kepada kaedah dan
cara metodologi yang baru.
Perbezaan-perbezaan
pelaksanaan dibolehkan asalkan ia tidak bercanggah dengan prinsip syariat yang
asas bagi sistem ekonomi Islam. Segala bentuk ijtihad yang ingin dikeluarkan
mestilah merujuk kepada syariat Islam dan hukum yang berkaitan dengannya.
Gabungan
antara dua maslahah iaitu maslahah individu dan maslahah masyarakat memerlukan
keseimbangan diantara keduanya disamping kepentingan negara. Negara memerlukan
pendapatan yang tinggi melalui hasil kekayaan sumber asli, cukai, zakat dan
pinjaman dan pengagihan yang saksama di kalangan anggota masyarakat bagi memenuhi
keperluan asas bagi mereka. Seseorang itu bebas memiliki harta tetapi ia
terikat dengan kepentingan umum yang seharusnya ditunaikan.
Keseimbangan
antara dua kepentingan ini amat penting bagi menjamin taraf hidup dan jaminan
sosial yang kuat. Sesungguhnya umat Islam merupakan umat yang sederhana,
seimbang dan pertengahan dalam semua bidang hidup. Kepentingan ekonomi dalam
setiap individu dan masyarakat seharusnya ada keseimbangan dengan mengikut
keutamaan dari segi dharuri, Hajiyyat dan Tahsinat dan menjaga kuliyyat
al-khamsah iaitu agama, diri, akal, keturunan dan maruah.
A. NORMA DAN AKHLAK DALAM
PEREKONOMIAN DAN MUAMALAT ISLAMI
JIKA
kita berbicara tentang norma dan muamalat islami kita akan menemukan empat
sandi utama. Keempat sandi tersebut adalah ketuhanan,etika,kemanusiaan,dan
sikap pertengahan.keempat sandi tersebut merupakan ciri khas ekonomi islam,
bahkan dalam realita merupakan milik bersama umat islam dan tampak dalam segala
hal yang berbentuk islami.
Setiap
norma ini mempunyai cabang-cabang, buah dan pengaruh bagi aspek ekonomi dan
sistem keuangan islam, baik dalam hal produksi,konsumsi,distribusi,masalh
ekspor,maupun inpor yang semuanya diwarnai dengan norma ini. Kalau tidak maka
bisa dipastikan bahwa islam hanya sekedar simbol atau selogan pengakuan belaka.
a. Sistem ekonomi bercirikan ketuhanan
1.Hubungan Ekonomi dengan islam
a.Bertitik Tolak dari Paham Ketuhanan
Ekonomi
Islam Adalah ekonomi yang berdasarkan
ketuhanan. Sistem ini bertitik tolak dari Allah, bertujuan akhir kepada Allah,dan
dan menggunakan sarana yang tidak lepas dari syariat Allah. Aktivitas ekonomi
seperti produksi, distrubusi, konsumsi, impor, ekspor tidak lepas dari titik
tolak ketuhanan dan bertujuan akhir untuk Tuhan. Kalau seseorang muslim bekerja
dalam bidang produksi maka tidak lain karena ingin memenuhi perintah Allah.
Allah
berfirman:
Artinya:
“Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagi
kamu. Maka berjalanlah di segala
penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-nya dan hanya kepadanya lah
kamu(kembali setelah) dibangkitkan.”(al-mulk:15)
Ketika
menanam, seseorang muslim merasa bahwa yang ia kerjakan adalah ibadah karena
Allah semata. Begitu pula ketika ia sedang membajak,mengayam, ataupun
berdagang. Makin tekun ia bekerja, makin taqwa ia kepada Aallah, bertambah rapi
pekerjaanya,bertambah dekat ia kepadanya. Ketika ia menggunakan atau menikmati
sesuatu di dunia ini,secara tidak
langsung ia juga telah beribadah dan memenuhi perintah Allah.
Allah
berfiman:
Artinya:
Wahai manusia? Makanlah dari (makanan)
yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.
“(al-Baqarah:168)”
Ia
memanfaatkan kenikmatan dunia ini secukupnya, tidak berlebihan,dan tidak juga
terlalu mengikat pinggang. Sikap “pertengahan” ini tidak disia-siakan Allah,
bahkan dinilai sebagai suatu ketaatan kepadanya.
Allah
berfirman:
Artinya:
Wahai anak cucu Adam? Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki)
mesjid,makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak
menyukai orang yang berlebih-lebihan. “(al-A’raf:31)”
Ketika
seorang muslim menikmati berbagi kebaikkan, terbetik dalam hatinya bahwa semua
itu adalah rezeki yang diberikan Allah kepada hambanya. Maka merupakan suatu
kewajiban bagi seorang muslim untuk mensyukuri segala nikmat itu
Allah
berfirman:
Artinya:
Wahai
orang-orang beriman? Makanlah dari rezeki yang baik yang kami berikan kepada
kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah
kepadanya.”(al-Baqarah:172)”
b.
Ekonomi Pengunjung Akidah
Ekonomi dalam pandangan Islam bukanlah
tujuan akhir dari kehidupan ini tetapi suatu perlengkapan kehidupan, sarana
untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, penunjang dan pelayanan bagi akidah dan
bagi misi yang diembannya.
Islam
adalah agama yang mengatur tatanan hidup yang sempurna, kehidupan Idividu dan
masyarakat, baik aspek rasio, materi, maupun spritual, yang didampingi oleh
Ekonomi, sosial, dan politik.
Ekonomi
yang berladaskan akidah, Ekonomi merupakan bagian dri kehidupan dan tidak bisa
dilepaskan dari kehidupan. Namun ia, bukanlah pondasi bangunannya dan bukan
tujuan risalah Islam. Ekonomi juga bukan lambang peradaban suatu umat.
Akidah
sebagai asas:
I.
Percaya kepada Tuhan Yang Maha
Tinggi, yang menciptakan dan menyempurnakan penciptaan-Nya, dan dan yang
menentukan qadhar masing-masing, serta pemberi petunjuk. Itulah Allah. Allah
itu “Tuhan semesta alam, Maha Pengasiah lagi Maha Penyayang. Yang menguasi hari
pembalasan”. Kepada-nya kita memuji dan kepada-nya lah kita serahkan segala
urusan.
II.
Percaya bahwa manusia bukan hanya
bentuk fisik. Ia bukan hanya kerangka yang terdiri atas tulang,daging, dan
persendian. Manusia juga adalah ruh tinggi yang menempati kerangka ini. Manusia
adalah percikan nur Tuhan yang terdapat dalam bungkusan tubuh dari tanah.
Inilah yang tersembunyi di balik pantasnya manusia menjadi khalifatullah di
muka bumi.
III.
Yakin bahwa seluruh manusia adalah
hamba-hamba dari satu Tuhan, dibebaskan dari perhambaan kepada selain Allah.
Semua sama dalam penciptaan dan tempat kembali kepada-nya, bersaudara dan
perikemanusiaan. Semu sama karena merkeka tercipta dari satu bapak, yakni Adam
a.s.
IV.
Allah tidk membiarkan manusia
sia-sia, tidak meniggalkan mereka merana tanpa suatu kepastian,tetapa Allah
mengutus untuk mereka seorang yang menunjukkan kepada mereka tujuan dan jalan
yang harus ditempuh.
V.
Sesungguhnya tugas manusia dalam
kehidupan ini bukanlah untuk makn dan menikmati kehidupan sebagaimana makhluk
lainnya, tapi adalah menyembah Allah yang satu,berbuat kebajikan untuk
mendapatkan ridha-nya, mencegah kemungkaran dan berpegang teguh dengan tali
yang kuat (Islam), serta sabar dalam menghadapi cobaan.”Demi masa. Sesungguhnya
manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran.”
VI.
Sesungguhnya mati bukanlah akhir
atau penutup kehidupan manusia. Kematian adalah perpindahan dari kehidupan
dunia menuju kehidupan baru, tempat setia orang menerima ganjaran dari amal
perbuatannya di dunia. Dan ia kekal di dalamnya. “Maka pakah kamu mengira bahwa
sesungguhnya Kami menciptakn kamu secara main-main saja, dan bahwa kamu tidak akan di kembalikan kepada kami ?
Maka Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenarnya. Tiada tuhan selain dia.
B. SISTEM EKONOMI BERLANDASAN ETIKA
a.Ekonomi Dan Etika
Yang membedakan islam dengan materialisme ialah bahwa islam tidak
pernah memishkan ekonomi dengan etika, sebagaimana tidak pernah memisahkan ilmu
dengan akhlak, politik dan etika, perang dengan etika dan kerabat sedarah
sedaging dengan kehidupan islam. Islma adalah risalah yang diturunkan Allah
melaui Rasul untuk membenahi akhlak manusia. Nabi saw.bersabda,” sesungguhnya
aku diutus utuk menyempurnakan akhlak mulia”.
Islam juga tidak memisahkan agama dengan negara dan materi denagn
spritual sebagaimana yang dilakukan Eropa dengan konsep sekularismenya. Islam
juga bebeda dengan konsep kapitalisme yang memisahkan akhlak denagn ekonomi.
Manusia muslim,individu maupun kelompok-kelompok dalam lapangan ekonomi
atau bisnis-bisnis di satu sisi diberi kebebasan untuk mencari keuntungan
sebesar-besarnya. Namun di sisi lain,ia terikat dengan iman dan etika sehingga
ia tidak bebas mutlak dalam menginvestasikan modalnya atau membelanjakan
hartanya’
Masyarakat muslim tidak bebas tanpa kendali dalam memproduksi segala
sumber daya alam,mendistribusikannya, atau mengkonsumsikannya. Ia terikat
dengan buhul akidah dan etika mulia,di samping juga dengan hukum-hukum Islam.
b.Kegangguan Nonmuslim
terhadap Etika Ekonomi Islam
Pakar ekonomi noumuslim mengakui keunggulan sistem ekonomi Islam.
Menurut mereka, Islam telah sukses menggabungkan etika dan ekonomi, sementara
sistem kapitalis dan sosialis memisahkan keduanya.
Jack Austri, seorang dari prancis, dalm bukunya islam dan pengembangan Ekonomi mengatakan,”Islam adalah gabungan
antara tatanan kehidupan praktis dan sumber etika yang mulia. Antara keduanya
terdapat ikatan bahwa orang-ornag Islam tidak akan menerima ekonomi kapitalis.
Dan ekonomi yang kekuatannya berdasarkan wahyu dari langit itu tanpa diragukan
lagi adalah ekonomi yang berdasarkan etika.”
Di samping mampu memberikan nilai tambah pada sistem,etika tersebut
juga bisa mengisi kekosongan pemikiran yang ditakutkan suatu saat timbul akibat
perkembangan teknolgi.
C. NORMA
KAPASITALISME ETIKA DALAM EKONOMI ISLAM
a. Krisis Ekonomi Secara
Global
Krisis
ekonomi global saat ini seolah menjadi siklus yang terjadi di setiap awal abad.
Dampak destruktif dari krisis ini mengingatkan banyak kalangan kepada krisis
ekonomi yang terjadi pada tahun 1930-an yang disebut sebagai depresi besar (great
depression). Sebagaimana depresi besar, krisis kali inii juga menempatkan
kapitalisme sebagai pusat perdebatan. Tidak sedikit kalangan yang menganggap
krisis ekonomi global saat ini adalah akhir sejarah kapitalisme. Dengan
demikian, bagi mereka, sudah saatnya mencari dan memformulasikan tata ekonomi
dunia baru.
Diskusi
“Islam dan Kapitalisme” yang diselenggarakan dalam rangka Hari Lahir Jaringan
Islam Liberal ke-8, 23 dan 25 Maret 2009, mencoba mengurai perdebatan seputar
hubungan antara Islam dan kapitalisme. Diskusi hari pertama membahas tema
“Respon Islam terhadap Kapitalisme.” M. Dawam Rahardjo dan Luthfi Assyaukanie
hadir sebagai pembicara pada diskusi pertama.
Luthfi
Assyaukanie berupaya memberi bingkai kontekstual terhadap isu Islam dan
kapitalisme. Menurut Luthfi, tema Islam dan kapitalisme sesungguhnya adalah
rangkaian dari tema-tema umum yang mencoba mencari kompatibilitas antara Islam
dan ideologi-ideologi lain seperti sosialisme, demokrasi, dan hak asasi
manusia. Tentu saja ada banyak tantangan dari dunia Islam untuk menerima
konsep-konsep yang lahir di Barat tersebut. Itulah sebabnya, tidak sedikit
orang, baik Islam maupun pengamat luar, yang menganggap bahwa Islam adalah
sebuah masyarakat yang unik yang susah menerima konsep-konsep modern yang lahir
dari Barat. Namun begitu,masih lebih banyak yang menganggap bahwa konsep-konsep
yang sekarang berkembang di dunia modern adalah universal dan bukan merupakan
produk unik dari budaya tertentu. Islam juga memiliki kompatibilitas dengan
segala konsep yang bertujuan mengangkat harkat dan martabat manusia,
darimanapun asalnya.
Persoalannya
adalah bahwa jika masyarakat Muslim sudah mulai bisa menerima konsep demokrasi
dan hak asasi manusia, dengan mulai munculnya rezim-rezim demokratis di pelbagai
negara Muslim saat ini, tetapi tidak demikian halnya dengan kapitalisme.
Masyarakat Muslim dengan mudah menerima konsep kebebasan dalam politik, tapi
selalu curiga terhadap konsep kebebasan ekonomi.
Menurut Luthfi, sikap antagonistik
masyarakat Muslim terhadap kapitalisme disebabkan oleh beberapa hal. Pertama,
pengalaman pahit masyarakat Muslim berhadapan dengan kolonialisme selama
beberapa abad menjadikan masyarakat Muslim menolak apa saja yang datang dari
negara-negara kolonial, terutama kapitalisme. Kolonialisme dianggap sebagai
bentuk implementasi sistem ekonomi kapitalistik. Kedua, sikap materialistik
yang ada dalam sistem kapitalisme dinilai berbahaya bagi iman Islam yang
menekankan kehidupan setelah mati. Ketiga, kapitalisme dianggap melegalkan dan
mendorong budaya hedonistik, sesuatu yang tidak patut dan tercela dalam
kehidupan masyarakat Islam. Keempat, kapitalisme dianggap sebagai biang keladi
kesenjangan dan kemunduran ekonomi masyarakat Muslim saat ini. Lebih dari itu,
kapitalisme dianggap tidak memiliki kepekaan sosial. Luthfi menilai
kesimpulan-kesimpulan ini terlalu sederhana dan cenderung menyesatkan.
Pengalaman
kolonialisme tampaknya menjadi faktor utama sikap antagonistik ini. Luthfi
mencontohkan bagaimana Tjokroaminoto menyebut ada dua macam kapitalisme:
“kapitalisme baik” dan “kapitalisme buruk” (sinful capitalism).
Kapitalisme yang baik adalah kapitalisme yang dijalankan oleh para pedagang dan
pengusaha pribumi, terutama kaum Muslim. Sementara kapitalisme buruk adalah
kapitalisme yang dijalankan oleh pengusaha-pengusaha Belanda dan antek-anteknya
(terutama keturunan Cina). Sikap-sikap semacam ini tampak dominan di kalangan
aktivis dan pemimpin bangsa Indonesia di awal-awal kebangkitan nasional dan
kemerdekaan. Tidak heran kemudian jika yang muncul saat itu adalah sikap
pro-sosialisme dan anti-kapitalisme.
b. Norma Kapitalisme Dalam Islam
Sikap
anti-kapitalisme dan menempatkan Islam di seberang kapitalisme, menurut Luthfi,
sungguh berbahaya jika tidak disertai penjelasan yang memadai. Luthfi
mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem ekonomi di mana seseorang
bebas memiliki dan mengontrol harta dan kekayaan miliknya. Property right
menjadi kata kunci dalam hal ini. Secara lebih luas kemudian kapitalisme
didefinisikan sebuah sistem ekonomi yang menyerahkan mekanisme penanaman modal,
disribusi, produksi, penentuan harga, komoditas, barang, dan jasa kepada
keputusan pribadi secara sukarela. Ekonomi pasar kemudian menjadi kemestian
dalam sistm ini.
Secara
umum, Nabi Muhammad tidak pernah mengecam praktik pengumpulan kekayaan. Yang
dikecam adalah praktik kecurangan dalam kegiatan ekonomi tersebut. Beberapa
literatur bahkan menempatkan Nabi sebagai pembela mekanisme pasar. Dia,
misalnya, menolak permintaan para sahabat untuk mengendalikan gejolak ekonomi
dengan mematok harga. Mematok harga adalah perbuatan yang melawan sunnatullah.
“Sesungguhnya Allahlah yang menetapkan harga, dan menurunkannya, melapangkan
dan meluaskan rezki. Janganlah seseorang di antara kalian menuntut saya untuk
berlaku zalim dalam soal harta maupun nyawa” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud,
Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, dan Ibnu Hibban).
Kedekatan
Islam dan sosialisme yang dianut oleh banyak pengemat dibantah secara serius
oleh Maxime Rodinson, Islam
and Capitalism, yang menyatakan bahwa sesungguhnya dunia Islam justru
sangat dekat dengan kapitalisme. Rodinson meminjam kerangka teori sosiologi Max
Weber yang menemukan bahwa sangat mungkin aspek-aspek kesadaran religius
Protestantisme berpengaruh terhadap perkembangan dan kemunculan kapitalisme.
Kendati pada tahap selanjutnya kapitalisme menjadi sangat berpengaruh terhadap
perkembangan agama itu sendiri.
Menurut
Rodinson, kapitalisme harus dibedakan dalam dua kategori: kapitalisme sebagai
institusi dan kapitalisme sebagai mentalitas. Dari kedua kategori ini,
kapitalisme muncul dalam tiga bentuk: kapitalisme komersial, kapitalisme
finansial, dan kapitalisme industrial. Masyarakat Muslim, menurut Rodinson,
datang pada konteks masyarakat Arab yang mempraktikkan kapitalisme komersial.
Tidak heran kemudian jika bahasa perdagangan akan sangat mudah ditemui dalam
al-Quran, misalnya “Hal adullukum ala Tijarah” (Maukah engkau kuberi tahu
tentang perdagangan?).
Dawam
menilai bahwa meski Islam lahir dalam konteks kapitalisme, tetapi hubungannya
bukan hubungan statis. Di samping menerima konsep kapitalisme, Islam juga
memberi kritik dan masukan. Islam memperkenalkan dua modal ekonomi, yaitu
finasial dan manusia: “Wajahidu fi sabili bi amwalikum wa anfusikum”
(Berjihadlah di jalan Allah dengan harta dan jiwamu). Menurut Dawam, hal ini
sejalan dengan kapitalisme, sebagaimana yang diterangkan dalam teori
pertumbuhan Harold-Domar, bahwa ada dua modal dalam ekonomi: modal finansial
atau fisik dan modal tenaga kerja manusia. Tetapi sosialisme juga menekankan
pada moda produksi yang tidak hanya bertumpu pada kekuatan produksi (production
force), melainkan juga hubungan sosial (social relation of production).
Islam,
dalam kacamata Rodinson, berkembang dari masyarakat kapitalisme tradisional.
Sejarah kemudian mencatat bahwa Islam tersebar ke pelbagai pelosok dunia juga
dengan menggunakan kendaraan kapitalisme dan perdagangan. Itulah sebabnya
penyebaran Islam lebih lambat 300 tahun dari perluasan kekuasaan politik
raja-raja Islam. Ini pula yang dijadikan sebagai argumen untuk membantah tesis
yang menyatakan bahwa Islam disebarkan dengan pedang dan darah.
Sejak
awal, kapitalisme dan Islam sudah berada pada jalur yang sama. Dawam menegaskan
bahwa apa yang disebut sebagai etika ekonomi Islam sesungguhnya berjalan
sejajar dengan norma ekonomi kapitalisme. Fakta bahwa etika mengenai kerja,
kekayaan dan kepemilikan, perdagangan, keuangan, industri, dan pelbagai inovasi
tehnologi yang berkembang pesat pada masa-masa kejayaan Islam membuktikan bahwa
norma kapitalisme tumbuh subur dalam budaya ekonomi Islam. Rodinson bahkan
menyebut kota-kota semacam Granada, Cordoba, Baghdad, Damaskus dan kota-kota
besar Islam lainnya adalah sama dengan Paris, London, atau Washington pada
masanya. Mereka adalah kota-kota metropolitan dan pusat-pusat kapitalisme
dunia.
Namun begitu, Dawam membatasi kompatibilitas
Islam dan kapitalisme hanya pada kapitalisme tradisional atau kapitalisme
komersial. Sementara kapitalisme dalam bentuk yang lebih mutakhir seperti
kapitalisme negara (state capitalism), kapitalisme finansial, maupun
kapitalisme monopoli memerlukan penjelasan yang lebih hati-hati. Bicara
mengenai kompatibilitas Islam dan kapitalisme sesungguhnya memiliki persoalan
serius, sebab keduanya memiliki varian yang sangat kaya. Islam dan kapitalisme
mana yang kita maksud?
Bagi
Dawam, kapitalisme dalam beragam bentuk adalah sebuah kemestian. Tidak ada
negara dan masyarakat yang benar-benar bisa lepas dari sistem ini, mulai dari
tahap tradisional (komersial), politik, maupun rasional (meminjam kategori Max
Weber). Apa yang runtuh di Uni Soviet dan Cina sekarang ini bukanlah sistem
ekonomi sosialisme, melainkan kapitalisme negara (state capitalism).
Sosialisme sesungguhnya tidak pernah runtuh, karena munculpun belum. Pada
akhirnya, kapitalisme menjadi semacam sunnatullah dengan berbagai varian dan
perkembangannya.
D. PENGENALAN
EKONOMI ISLAM
Islam
merupakan agama samawi yang lengkap meliputi segala aspek dalam pelbagai samada
dari aspek kerohanian, kebendaan dan jasmani. Islam bukan sahaja merupakan
akidah semata-mata tetapi ia juga meliputi peraturan mengenai politik, ekonomi
dan kemasyarakatan. Rasulullah saw sendiri melaksanakan pemerintahan di Madinah
Al-Munawwarah yang meliputi aspek-aspek ekonomi seperti mengadakan pasar muamalat
secara Islam. Dari sini ekonomi Islam telah berkembang berdasarkan syariat
Islam bagi membentuk peradaban dunia yang beretika dan berakhlak tinggi.
Islam
menyediakan sebuah sistem ekonomi yang sempurna di dalam mempergunakan
sumber-sumber yang dikurniakan oleh Allah bagi memenuhi keperluan-keperluan
yang dikehendaki oleh semua manusia, serta menyediakan keadaan-keadaan yang
dapat menjadikan kehidupan ini lebih selesa. Islam menganggap kekayaan sebagai
satu amanah dari Allah dan mestilah digunakan dengan baik kerana ia adalah satu
ujian akidah dan pemilikan manusia hanya sebagai pemegang amanah, yang diamanah
dengan tujuan mencapai objektif-objektif Allah. Dua objektif yang terpenting
ialah kesejahteraan manusia sejagat dan keadilan sosioekonomi.
a.
Ekonomi Islam
Kedatangan
Islam sejak 14 kurun yang lalu telah membawa asas-asas dan panduan yang lengkap
bagi membentuk dan melaksanakan ekonomi Islam walaupun nas-nas al-Quran
mengenainya adalah secara umum kecuali nas-nas mengenai harta pusaka yang diturunkan
secara detail dan lengkap. Ekonomi ini telah dilaksanakan pada pemerintahan
baginda Rasulullah, pemerintahan para khulafa’ al-Rasyidin dan pemerintahan
selepas itu. Maksud ekonomi Islam ialah pembinaan etika pengurusan ekonomi yang
bertepatan dengan syarak dan asas-asas ekonomi.
Dari segi
istilah ekonomi Islam terbahagi kepada 2 bahagian iaitu:
Pertama :
Asas-asas tetap yang dikenali sebagai ‘ideologi’ yang merupakan asas-asas yang
telah dijelaskan dalam al-Quran yang sewajibnya manusia patuhi. Ia merupakan
perkara yang tetap dan tidak akan berubah walaupun dengan perubahan masa,
keadaan dan tempat.
Kedua :
Asas-asas yang berubah yang dikenali ‘sistem pengurusan’. Prinsip ini
berdasarkan etika pengurusan ekonomi dan peraturannya. Ia merupakan pola-pola
yang yang boleh berubah mengikut situasi keadaan, masa dan tempat serta
keperluan masyarakat dan negara. Perkara ini adalah berkaitan dengan cara
perlaksanaan, pengurusan bagi membina ekonomi Islam dalam menyelesaikan
permasalahan masyarakat yang sentiasa berubah.
b.
Aspek-aspek yang berubah
Aspek-Aspek yang berubah ialah khas
dalam bentuk pelaksanaan dan pengurusan bagi menjayakan asas-asas ekonomi Islam
dalam masyarakat yang berubah-ubah. Ia meliputi aspek perancangan, tindakan dan
cara penyelesaian yang terbaik dalam masyarakat dan negara. Di antaranya ialah:
1.
Menerangkan kadar kapasiti kos taraf hidup untuk
setiap individu masyarakat. Perkara ini sentiasa berubah mengikut keadaan dan
tempat. Pemerintah berhak menentukan kadar kos-kos tersebut.
2.
Memastikan keadilan dalam pengagihan harta, menjaga
perimbangan ekonomi dalam masyarakat supaya tidak berlaku jurang yang tinggi.
3.
Memastikan pengeluaran yang cukup untuk keperluan
masyarakat dan negara.
Menerangkan aspek-aspek jual beli yang dibenarkan oleh syara’ dan menjauhkan aspek penindasan dan riba.
Menerangkan aspek-aspek jual beli yang dibenarkan oleh syara’ dan menjauhkan aspek penindasan dan riba.
Pelaksanaan
teori ekonomi tersebut memerlukan kepada ijtihad semasa disebabkan perubahan
tempat, masa dan perubahan sosial dan maklumat tetapi hendaklah mengikut dua
aspek asas iaitu:
Pertama :
Beriltizam dengan asas-asas ekonomi Islam berdasarkan nas-nas al-Quran
dan as-Sunnah.
Kedua : Hendaklah mengambil hukum mengikut cara yang ditetapkan oleh ulama’ feqah seperti Qias, Istihsan, Istishab dan sebagainya.
Kedua : Hendaklah mengambil hukum mengikut cara yang ditetapkan oleh ulama’ feqah seperti Qias, Istihsan, Istishab dan sebagainya.
Berdasarkan
nas-nas yang berkaitan dengan ekonomi agak sedikit dan umum maka didapati para
khulafa’ dan imam mujtahidin mengambil pendekatan berdasarkan situasi keadaan
masyarakat ketika itu untuk maslahah umat.
Di sini kita
dapati bahawa ekonomi Islam adalah gabungan antara aspek-aspek yang tetap yang
dikenali sebagai “Ideologi Ekonomi” yang terdiri daripada asas-asas serta usul
pokok yang terkandung dalam al-Quran dan as-Sunnah seperti menghormati harta
orang lain, tidak mencuri, tidak berbelanja boros dengan aspek yang
berubah-ubah yang dikenali sebagai “Sistem Ekonomi” yang sentiasa berubah-ubah
mengikut cara pelaksanaan dan pengendaliannya.
c.
Sikap Umat Islam kini dalam melaksanakan Ekonomi Islam
Umat Islam di dunia ini seramai 900 juta orang yang
merangkumi 45 buah negara merupakan satu jumlah yang amat besar. Malangnya
kebanyakan negara tersebut masih lagi mengunakan ideologi ekonomi kapitalis,
sosialis dan lain-lain lagi. Kefahaman mereka mengenai ekonomi Islam agak
kurang menyebabkan umat Islam mundur.
Pada awal kurun ini ilmu ekonomi Islam mula dikaji
selidik oleh para cendiakawan dan para ulama muslim dalam merangka ekonomi
Islam yang lebih konkrit selepas kebanyakan negara Islam mencapai kemerdekaan.
Sistem ekonomi barat yang tidak mementingkan aspek kemanusian, akhlak memaksa
cendiakawan Muslim bertambah yakin bahawa ekonomi Islam merupakan alternatif
terbaik bagi umat Islam dalam mencapai kebahagian hidup yang hakiki. Bagi dunia
Islam pendidikan ilmu ekonomi Islam telah mula diperkenalkan dan proses membina
masyarakat berteras aspek-aspek ekonomi Islam mula mendapat perhatian.
Sumber-sumber ilmu ekonomi Islam amat banyak tetapi terbiar sehinggalah pada
waktu ini munculnya cendiakawan Muslim mula meneroka dan menggali khazanah ilmu
ekonomi Islam yang telah lama tersohor. Beberapa persidangan mengenai ekonomi
Islam telah diadakan seperti:
Persidangan antarabangsa yang pertama dalam ekonomi
Islam yan diadakan di Mekah di bawah anjuran Universit Raja Abdul Aziz, Jeddah
pada Febuari 21-26 1976, kertas kerja persidangan ini telah dibukukan dalam
bahasa Arab dan bahasa Inggeris dan diterjemahkan ke bahasa Melayu oleh Dewan
Bahasa dan Pustaka daripada sebahagian dari kertas kerja persidangan tersebut.
Persidangan ekonomi Islam yang diadakan di London pada
Julai 1977 anjuran Majlis Islam Eropah (Islamic Council of Europe) dan kertas
kerjanya telah dicetak pada tahun 1979 oleh Majlis Islam Eropah dengan tajuk
“The Muslem World and the future Economic order”.
Persidangan
kedua ekonomi Islam yang diadakan di Islamabad, Pakistan pada 19 hingga 23 Mac
1983 anuran Universiti Islamabad dengan kerjasama Pusat Antarabangsa
Penyelidikan Ekonomi Islam di Jeddah.
Pesidangan
Antarabangsa Ekonomi Islam yanga diadakan di Paris pada April 1983. Persidangan-persidangan
yang diadakan oleh Lujnah Penyelidikan Islam Universiti al-Azhar juga
membincangkan topik ekonomi Islam, peranan zakat, penyelidikan harta dan
lain-lain. Persidangan ini telah diadakan semenjak tahun 1964 dan sebanyak
sembilan persidangan telah diadakan. Antara pembentang kertas kerja yang
berkaitan dengan ilmu ekonomi Islam seperti Syeikh Muhammad Abu Zahrah, Dr. Ali
Abdul Wahid Wafi dan lain-lain.
Universiti
al-Azhar mengajar subjek ekonomi Islam sebagai satu subjek selepas rombakannya
pada tahun 1961 dalam Kuliah Perdagangan dan Kuliah Syariah (bahagian siyasah
syari’yyah diperingkat pengajian tinggi) Universiti Raja Abdul Aziz di Jeddah
juga mengajar subjek ini sejak penubuhannya pada tahun 1964.(10)
Walaubagaimanapun ia tidak dapat menghasilkan pakar-pakar dalam bidang ekonomi
sehingga rombakkan telah dibuat selepas Muktamar Ulamak Muslim di Kaherah pada
September 1972 mengenai pentingnya ekonomi Islam diajar di kolej-kolej serta
universiti di negara-negara Islam.
Selepas
Muktamar Antarabangsa Ekonomi Islam di Mekah pada 1976, barulah
perubahan-prubahan bagi mengajar pelajaran ekonomi Islam semakin berhasil
dengan rombakan di Universiti al-Azhar dengan mengadakan pengajian diperingkat
ijazah lanjutan dalam bidang ekonomi Islam(11) dan juga Universiti Raja Abdul
Aziz, Jeddah, Universiti Jordan Amman, Universiti Umm Durman Khartoum,
Universiti Karachi di Karachi, Universiti Punjab di Lahore. Di Malaysia,
Universiti Islam Antarabangsa telah memperkenalkan subjek ilmu ekonomi Islam
sejak awal penubuhannya.
Satu
persidangan siyasah syari’yyah telah diadakan pada 23 & 24 Januari 1995
anjuran kerajaan negeri Terengganu juga telah membincangkan mengenai ekonomi di
Malaysia. Antara pembentang kertas kerja ialah Datuk Syed Othman Al Habshi dan
Datuk Dr Dbdul Halim Ismail.
Bagi
menjayakan prinsip ekonomi Islam, ia memerlukan beberapa aspek berikut:
1.
Ia memerlukan kepada pakar-pakar perunding mengenai
ekonomi Islam sehingga dapat mengeluarkan kaedah serta jalan penyelesaian
berdasarkan asas-asas syariat Islam.
2.
Memerlukan ijtihad yang baru dalam perkara-perkara
yang tidak pernah disentuh oleh fuqaha dahulu atau timbulnya perkara yang
memerlukan kepada ijtihad kerana perubahan masa, tempat dan keadaan sosial.
Ijtihad serta pendapat ulamak dahulu mungkin berdasarkan situasi zamannya, maka
perkara itu telah berubah. Pada zaman sekarang satu kaedah fiqh menyatakan
perubahan hukum berdasarkan perubahan masa dan tempat.
3.
Mereka hendaklah menjelaskan konsep ekonomi Islam
dengan jelas. Pada hari ini kebanyakkan orang menggambarkan bahawa Islam hanya
menyatakan persoalan riba semata-mata tanpa ada jalan penyelesaian bagi
perniagaan dan perdagangan dalam Islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekonomi islam adalah suatu ilmu
aplikasi petunjuk aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalm memperoleh
dan menggunakan sumber daya material agar memenuhi kebuthan manusia agar dapat menjalankan
kewajibanya kepada Allah dan masyarakat.
Pada awal kurun ini ilmu ekonomi Islam mula dikaji selidik oleh para
cendiakawan dan para ulama muslim dalam merangka ekonomi Islam yang lebih
konkrit selepas kebanyakan negara Islam mencapai kemerdekaan. Sistem ekonomi
barat yang tidak mementingkan aspek kemanusian, akhlak memaksa cendiakawan
Muslim bertambah yakin bahawa ekonomi Islam merupakan alternatif terbaik bagi
umat Islam dalam mencapai kebahagian hidup yang hakiki.
Ekonomi ini telah dilaksanakan pada pemerintahan baginda Rasulullah,
pemerintahan para khulafa’ al-Rasyidin dan pemerintahan selepas itu. Maksud
ekonomi Islam ialah pembinaan etika pengurusan ekonomi yang bertepatan dengan
syarak dan asas-asas ekonomi.
B. Saran
Kita sebagai makhluk sosial harus dapat menjaga norma dan etika
asas-saas dalam ekonomi Islam agar dapat memenuhi kebutuhan dalam kehidupan
yang ingin kita capai. Di zaman era globalisasi ini ekonomi bnyak sekali terdapat perkembangan
yang luas terutama dalam memenuhi kebutuhan hidup. Sebagai makhluk sosial kita
harus dapat menjaga norma dan etika terhadap perkembngan ekonomi yang pesat.
DAFTAR PUSTAKA
-Asaa-asa Ekonomi Islam, oleh
M.Sholahuddin, S.E, M.Si. Jakarta:PT
Raja Grafindo Persada,2007
-Norma dan etika ekonomi islam, oleh:
Dr.Yusuf Qardhawi,jakarta.gema insansi press,1997
-WWW.Kapitalisme ekonomi dalam
islam.com, oleh Saidiman, Jakarta,o7,april 2009.
-WWW.Pengenalan ekonomi.com_ oleh: Al-faqir ila afwa rabbi,Mohd. Rumaizuddin bin Hj.
Ghazali Haiyu Sabiek, Madinat Nasr,
Kaherah mesir 1995.
0 komentar:
Posting Komentar