Random News

Selasa, 30 September 2014

MAKALAH IAD-IBD-ISD



 
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, dan tak lupa salawat beriring salam kita hanturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mandiri karya ilmiah pada mata kuliah IAD-IBD-ISD ini tepat waktu.
Karya ilmiah dengan judul “NORMA DAN ETIKA ASAS-ASAS  EKONOMI ISLAM” ini saya susun untuk memenuhi nilai tugas mandiri karya ilmiah yang diberikan oleh, Ibu Lenggogeni Putri S.Pdi.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu lenggogeni putri selaku dosen IAD-IBD-ISD.Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, dengan kerendahan hati, kami memohon maaf. Semoga Karya Ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. AMIN.




                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           Tembilahan,3 Desember 2012


                                                                                                                 Penulis                          







           

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... ...... 1
DAFTA ISI...................................................................................................................... ...... 2
BAB       I        PENDAHULUAN................................................................................... ...... 3
A.     Latar Belakang............................................................................................. ...... 3
B.     Rumusan Masalah........................................................................................ ...... 3
C.     Tujuan Penulisan........................................................................................... ...... 3
D.     Manfaat Norma dan Etika asas-asas Ekonomi Islam..................................... ...... 3
BAB       II       ASAS-ASAS EKONOMI ISLAM.......................................................... ...... 4
a.       Definisi Ekonomi Islam................................................................................. ...... 4
b.      Manusia Objek Studi.................................................................................... ...... 4
c.       Metode Studi Islam...................................................................................... ...... 5
d.      Prilaku Ekonomi........................................................................................... ...... 6
e.       Pengelolaan Sumber Daya Alam................................................................... ...... 6
f.        Asas-asas Ekonimi Islam.............................................................................. ...... 9
A.     NORMA DAN AKHLAK DALAM PEREKONOMIAN DAN MUAMALAT ISLAMI                   10
a.    Sistem Ekonomi Bercirikan Ketuhanan........................................................... ...... 10
b.    Ekonomi Pengunjung Akidah......................................................................... ...... 12
B.     SISTEM EKONOMI BERLANDASKAN ETIKA............................................. ...... 13
a.    Ekonomi Dan Etika........................................................................................ ...... 13
b.    Kegangguan Nonmuslim Terhadap Etika Ekonomi Islam................................. ...... 13
C.     Norma Kapasitalisme Etika Dalam Ekonomi Islam................................................ ...... 14
a.  Krisis Ekonomi Secara Global........................................................................ ...... 14
b.  Norma kapitalisme Dalam Islam...................................................................... ...... 15
D.     PENGENALAN EKONOMI ISLAM................................................................. ...... 16
a.  Ekonomi Islam................................................................................................ `      17
b.  Aspek-aspek Yang Berubah........................................................................... ...... 17
c.  Sikap Umat Islam kini dalam melaksanakan Ekonomi Islam............................. ...... 18
BABA    III      PENUTUP............................................................................................... ...... 20
A.     Kesimpulan.................................................................................................. ...... 20
B.     Saran........................................................................................................... ...... 20
DAFTAR PUSTAKA                                                                                                              21








BAB I

PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
Pada bagian ini penulis mengemukakan sebab-sebab mengapa kita perlu mempelajari tentang Etika dan Norma asas-asas Ekonomi islam dalam kehidupan sehari-hari oleh sebab itu timbul maslah tentang ekonomi islam yang berdampakan negatif terhadat kehidupan maka dari itu kita harus memahami tentang Etika dan norma dalm islam. Agar kita dapat mengetahui  bagaimana perkembangan ekonomi islam di zaman era globalisai ini.

B.       Perumusan Masalah
Perumusan masalh harus sungguh-sungguh jelas. Permasalahan  yang akan menjadi pembahasan tentang etika dan norma asas-asas ekonomi islam. Di ajukan dalam bentuk pertanyaan. Agar penulis dapat menjawab dengan tepat tentang terjadinya asas-asas ekonomi islam.

C.       Tujuan Penulisan
Tujunnya adalah agar kita dapat memahami tentang asas-asas ekonomi yang berlandaskan norma dan etika kita terhadap kehidupan. Adapun yang paling khususnya dalam perkembangan ekonomi di zaman era globalisasi ini yang sangat erat dengan norma dan etika. Bila seseorang tidak dapat mengendalikan dirinya dengan norma dan etika terhadap asas-asas ekonomi islam, maka seseorang tersebut akan terjerumus kepada dunia kehidupan yang tidak mempunyai norma dan etika.

D.       Manfaat Norma dan Etika asas-asas Ekonomi
Adapun manfaat kita mempelajari  norma dan etika asas-asas ekonomi islam:
JIKA kita berbicara tentang norma dan muamalat islami kita akan menemukan empat sandi utama. Keempat sandi tersebut adalah ketuhanan,etika,kemanusiaan,dan sikap pertengahan.keempat sandi tersebut merupakan ciri khas ekonomi islam, bahkan dalam realita merupakan milik bersama umat islam dan tampak dalam segala hal yang berbentuk islami.
Setiap norma ini mempunyai cabang-cabang, buah dan pengaruh bagi aspek ekonomi dan sistem keuangan islam, baik dalam hal produksi,konsumsi,distribusi,masalh ekspor,maupun inpor yang semuanya diwarnai dengan norma ini. Kalau tidak maka bisa dipastikan bahwa islam hanya sekedar simbol atau selogan pengakuan belaka.

Ekonomi islam didefinisikan sebagai cabang ilmu yang membantumerealisasikan kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumberdaya yang langka,yang sejalan dengan ajara islam, tanpa membatasi kebebasan individu ataupun menciptakan ketidakseimbangan makro dan ekologis.


BAB II

ASAS ASAS EKONOMI ISLAM
a.          Definisi Ekonomi islam
Definisi ekonomi menurut Auto (2003) ada 8 yaitu:
1.         Ekonomi  islam adalah ilmu yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat dalam perspektif nilai-nilai islam (mannan,1986:hal.18).
2.         Ekonomi islam didefinisikan sebagai cabang ilmu yang membantumerealisasikan kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumberdaya yang langka,yang sejalan dengan ajara islam, tanpa membatasi kebebasan individu ataupun menciptakan ketidakseimbangan makro dan ekologis (Chapra,1996:hal.33).
3.         Ekonmi islam adalah tanggapan pemikir-pemikir muslim terhadap tantangan ekonomi pada zamannya. Dalam upaya ini mereka dibantu oleh Al-qur’an dan hadist, serta alsan dan pengalaman (Siddiqi,1992:hal .69).
4.         Ekonomi islam adalah suatu ilmu aplikasi petunjuk aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalm memperoleh dan menggunakan sumber daya material agar memenuhi kebuthan manusia agar dapat menjalankan kewajibanya kepada Allah dan masyarakat (Hasanuzzaman,1984:hal.18).
5.         Ekonomi islam memusatkan perhatian pada studi tentang kesejahteraan manusia yang dicapai dengan mengorganisaikan sumber daya di bumi ini atas dasar kerja sama dan partisipasi (Khan,1994: hal.33).
6.         Ekonomi islam adalah suatu upaya sistematik untuk memahapi masalah ekonomi dan prilaku manusia dari perspektif Islam (Ahmad,1992. Hal.19).
7.         Ekonomi islam merupakan studi mengenai representasi perilaku ekonomi umat islam dalam suatu masyarakat muslim modern (Naqvy,1994: hal. 20).
8.         Ekonomi islam merupakan mazhab ekonomi islam, yang menjelma di dalamnya bagaimana  cara islam mengatur kehidupan perekonomian, dengan apa yang dimiliki dan ditunjukkan oleh mazhab ini tentang ketelitian cara berfikir yang terdiri dari nilai-nilai moral Islam dan nilai-nilai ekonomi, atau nilai sejarah yang ada hubungannya dengan masalah siasat perekonomian, maupun dengan uraian sejarah masyarakat (As Shodr,1968: hal.9).
b.         Manusia Objek Studi
Menurut ismail (1993) kajian mengenai manusia telah banyak ditulis dengan sudut pandang dan cara analisis yang cukup beragam. Sebagian menitikberatkan pada pola fikir sains (metode ilmiah) dan sebagian lagi mendasarkan kepada (metode rasional) atau disebut pola piki rasional. Kedua metode tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1.         Metode ilmiah
Metode ilmiah banyak digunakan oleh ilmuan untuk meneliti hakikat sesuatu dengan melakukan eksperimen terhadap objek yang akan diteliti. Objek ditempatkan dalam sebuah kondisi yang direkayasa sesuai keinginan sebagai upaya meniadakan pengaruh lain yang tidak diharapkan. Ciri khas dari metode ini menurut ismail (1993) adalah mengesampingkan kebenaran informasi yang telah ada yang dibangun oleh ilmuan sebelumnya. Kebenaran ini akan diterima setelah didapatkan kembali sebuah bukti dalam eksperimen yang telah dilakukan.
2.         Metode rasional
Metode rasional sebenarnya adalah proses pemikiran melalui pencermatan realitas dengan indra. Realitas akan ditafsirkan untuk menghasilkan sebuah pemikiran dengan melalui bantuan otak dan informasi yang ada. Dalm praktiknya, metode ini yang paling sering dilakukan karena dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja. Berbeda dengan metode ilmiah yang hanya menghasilkan dugaan kesimpulan,hasil metode ini dapat mengandung dua kemungkinan yaitu:
a.         Jika kesimpulan itu berkaitan tentang “ada” atau “tidak ada” sesuatu, maka ia bersifat pasti dan tidak mengandung usur kesalahan. Misalnya kebenaraan adanya buku yang kita lihat adalah mutlak. Begitu pula keberadaan seseorang yang berada di belakang tembok namun terdengar suaranya adalah mutlak.
b.         Apabila berkaitan dengan hakikat atau fenomena sesuatu, maka hasil metode ini bersifat tidak pasti dan mungkin mengandung kesalahan. Faktor kesalahan yang dimungkinkan terjadi dapat dihilangkan dengan menggunakan informasi lain yang telah dapat dibuktikan kebenaran keberadaannya secara mutlak.
c.         Metode Studi Islam
Dalam konsep Islam, semu sistem kehidupan yang di dalamnya termasuk sistem ekonomi harus dibangun dengan sebuah kebenaran. Diambil dari sumber yang benar, dikaji dan diterapkan secara benar pula. Akidah islam menurut seorang Muslim untuk berupaya mencari kebenaran hakiki. Kebenaran akan adanya Allah Swt. Akan ditemukan seornag muslim melalu metode rasional (metode aqliyah). Begitu pula ia akan mendapat bukti-bukti kebenaran bahwa Muhammad adalah Rasullullah dan selanjutnya akan terbukti dirayah bahwa Al-qur’an adalah kalamullah. Sebagai kalammullah , akal manusia akan mengatakan bahawa segala sesuatu yang tercantum dalam Al-qur’an pasti mengandung kebenaran yang mutlak.
Metode berfikir manusia dapat diluruskan, dengan berakal informasi yang disampaikan Al-qur’an. Kebenaran wahyu Allah kemudian akan menurunkan keterbatasan akal pikiran manusia. Allah menjelaskan berbagai potensi kehidupan manusia berupa akal, kebutuhan fisik dan naluri.
Jika demikian, perlukah untuk beralih dari cara berfikir Barat dan menjadikan pandangan Islam tentang manusia sebagai landasan pengembangan ilmu sosial dan ilmu ekonomi? A.M Saefuddin (1987) mengemukakan bahwa pandangan ilmu ekonomi tentang manusia sekarang ini sarat dengan kultur Barat sehingga perlu diganti dengan “homo Islamicus” (makhluk Islam). Barat menetapkan manusia sebagai “homo economicus” (makhluk ekonomi), yang dalam hidupnya hanya berfokus kepada maneti belaka, tida peduli soal moral maupun agama. Mereka hanya memperhatikan keuntungan materi dengan prnisip “mendapatkan keutungan semaksimal mungkin dengan biaya seminimal mungkin.”
Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia dan memuaskan akal manusia. Asal menggunakan akal sehat serta menghilagkan akal ego pribadi, ia pasti akan dapat menerima Islam dengan segenap metode yang dimilikinya, siapa pun itu orangnya. Dalam hal ini, Islam telah mendorong manusia untuk menggunakan rasio atau kemampuan pikirnya untuk memahami sesuatu yang dapat dilihat secara indrawi. Keberadaan Allah, kebenaran Al-qur’an, dan kerasullan Muhammad Saw. Keberadaan kebutuhan fisik dan naluri manusia, keterbatasan manusia, dan lain sebagainya, dapat dipahami melalui metode rasional. Karena semua ini dapat diperhatikan realitasnya, diindra dan ditafsirkan melalui proses berfikir. Sedangkan terhadap sesuatu yang tidak dapat diindra oleh manusia, maka hal tersebut dapat diketahui melalui informasi yang telah teruji kebenarannya (dalil naqli) secara rasional pula, yaitu Al-qur’an Al-hadist.
d.         Prilaku Ekonomi
Menurut ismail (1998) perilaku manusia merupakan perbuata-perbuatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan naluri dan kebutuhan fisiknya. Perilaku ini berjalan secara pasti sesuai dengan kecendrungan-kecendrungan yang ada pada diri manusia untuk memenuhi kenutuhan tersebut.
Dalam berprilaku, manusia memiliki kewenangan untuk memilih apakah ia akan melakukan aktivitas tersebut atau tidak. Apakah manusia duduk atau berdiri, mencari atau membeli, makan tau mogok makan, dan lain sebagainya adalah hasil dari pilihan manusia. Dalam pemahaman islam,inilah kebebasan yang diberikan Allah Swt. Kepada umat manusia di samping adanya Qadha dan Qadhar yang telah ditentukan oleh Allah Swt. Konsep ini tentunya sangat bertentangan dengan konsep”bidak” yang menganggap manusia tidak memiliki pilihan dalam bertindak ataupun konsep “tabula rasa” yang menganggap manusia lahir tanpa memiliki potensi apa pun.
e.         Pengelolaan Sumber Daya Alam
Segala sumber daya tersebut ditundukkan oleh Allah untuk diserahkan pengelolaanya kepada manusia. Hal ini terungkap dalam berbagai ayat seperti:
Allah berfirman:
2:29
Artinya:
Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu dia menyempurnakan menjadi tujuh langit. Dan dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Baqarah: 29)

Allah berfirman:
45:12
Artinya:
Allah-lah menundukkan laut untukmu agar kapal-kapal dapat berlayar di atasnya dengan perintah-nya, dan agar kamu dapat mencari sebagian karunia-nya, dan agar kamu bersyukur. (Al-Jatsiyah: 12)
Allah berfirman:
45:13
Artinya:
Dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang berfikir.(Al-Jatsiyat: 13)
Allah berfirman:
21:80
Artinya:
Dan kami ajarkan (pula) kepada Daud cara membuat baju besi untukmu, guna melindungi kamu dalam peperanganmu. Apakah kamu bersyukur (kepada Allah)? (Al-Anbiya: 80)





Allah berfirman:
57:25
Artinya:
Sugguh, kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan bukti-bukti yang nyata dan kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil. Dan kami menciptakan besi yang mempunyai kekuatan hebat dan banyak manfaat bagi manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama-nya) dan rasul-rasul-nya walaupun Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat,Maha perkasa. (Al-Hadid: 25)
Namun, penundukan sumber daya tersebut bukan untuk diserahkan kepemiliknya kepada manusia secara mutlak. Hanya Allahlah satu-satunya pemilik hakiki atas sumber daya tersebut sebagaimana penjelasan Allah di berbagai ayat Al-qur’an (Al-Baqarah ayat 29). Allah Swt. Senantiasa menjadikan diri sebagai pemilik atas segala sesuatu yang kemudian menganugrahkan kepada umat manusia. Dan selanjutnya, atas penganugrahan tersebut, Allah Swt. Memberikan wewenang kepada manusia untuk mengusahakan dan memanfaatkan sumber daya tersebut.
Karena ssumber daya tersebut tidak dimiliki secara mutlak oleh manusia, maka tugas manusia adalah mengemban amanah penggelolaan sumber daya tersebut. Manusia tidak dapat berbuat semaunya hingga dapat menimbulkan kerusakan dan kerugian bagi dirinya, atau sumber daya itu sendiri.
 Oleh karenanya Allah berfirman:
2:188
Artinya:
Dan jangan lah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang bhatil, da (jangan-lah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui. (Al-Baqarah: 188)

f.          Asaa-asas Ekonomi Islam
Asas-asas ekonomi Islam atau keistimewaannya bolehlah dirumuskan kepada 3 perkara:
1.         Gabungan antara perkara yang tetap dengan perkara yang berubah.
2.         Gabungan antara dua maslahah iaitu antara maslahah individu dan maslahah umum.
3.         Gabungan antara maslahah kebendaan dan keperluan kerohanian.
Ekonomi Islam dari usul merupakan “Iqtisad Ilahi” (Ekonomi yang bertunjangkan sistem tuhan) manakala dari segi pelaksanaan merupakan “Iqtisad wada’ie” iaitu ekonomi yang menggabungkan antara asas yang tetap dengan perkara pelaksanaan yang berubah.
Asas yang tetap iaitu dari segi asas-asas yang terkandung dalam al-Quran dan as-Sunnah seperti yang telah diterangkan sebelum ini. Usul-usul ini tidak berubah walaupun berlakunya perubahan tempat dan masa.
Asas yang berubah dan berkembang iaitu cara pelaksanaan berdasarkan usul-usul yang tetap yang boleh berubah kerana faktor persekitaran, tempat dan masa yang dikenali sebagai “sistem ekonomi Islam” seperti ijtihad Saidina Umar bin Khatab yang menganggap tanah pembukaan di Syam dan Iraq sebagai pemilikan negara dan tidak lagi menyerahkan tanah tersebut kepada individu pembukanya sebagai harta rampasan perang iaitu Ghanimah
Dari keterangan di atas dapatlah disimpulkan bahawa ekonomi Islam terdiri daripada tiga aspek terpenting:
1.      Ekonomi Islam iaitu ekonomi Ilahi dari segi ideologi dan wada’ie dari segi pelaksanaannya.
2.      Ekonomi Islam bersesuaian untuk semua tempat, masa dan tidak terikat dengan peringkat tertentu dari segi sejarah.
3.      Peraturan ekonomi Islam berlainan dengan kelainan tempat dan masa, ia tidak terikat dalam bentuk dan saiz yang tertentu.
Dari sini adalah satu kesilapan jika sekiranya ada suara-suara yang ingin mengembalikan ekonomi Islam seperti zaman khulafa Al-Rasyidin sedangkan zaman kita bukanlah zaman khulafa’ al-Rasyidin, masalah baru yang timbul memerlukan ijtihad dan pelaksanaan yang berlainan dengan zaman-zaman yang sebelumnya. Perubahan pelaksanaan mungkin juga boleh berlaku dalam satu masa tapi berlainan tempat umpamanya pelaksanaan di Malaysia berkemungkinan berlainan di negara-negara yang lain.
Sememangnya pelaksanaan ekonomi Islam pada zaman khulafa merupakan contoh berdasarkan asas syarak tetapi ia bersesuaian pada masa itu. Apabila pertumbuhan telah berkembang, maka pelbagai bentuk dan saiz yang memerlukan kepada kaedah dan cara metodologi yang baru.
Perbezaan-perbezaan pelaksanaan dibolehkan asalkan ia tidak bercanggah dengan prinsip syariat yang asas bagi sistem ekonomi Islam. Segala bentuk ijtihad yang ingin dikeluarkan mestilah merujuk kepada syariat Islam dan  hukum yang berkaitan dengannya.
Gabungan antara dua maslahah iaitu maslahah individu dan maslahah masyarakat memerlukan keseimbangan diantara keduanya disamping kepentingan negara. Negara memerlukan pendapatan yang tinggi melalui hasil kekayaan sumber asli, cukai, zakat dan pinjaman dan pengagihan yang saksama di kalangan anggota masyarakat bagi memenuhi keperluan asas bagi mereka. Seseorang itu bebas memiliki harta tetapi ia terikat dengan kepentingan umum yang seharusnya ditunaikan.
Keseimbangan antara dua kepentingan ini amat penting bagi menjamin taraf hidup dan jaminan sosial yang kuat. Sesungguhnya umat Islam merupakan umat yang sederhana, seimbang dan pertengahan dalam semua bidang hidup. Kepentingan ekonomi dalam setiap individu dan masyarakat seharusnya ada keseimbangan dengan mengikut keutamaan dari segi dharuri, Hajiyyat dan Tahsinat dan menjaga kuliyyat al-khamsah iaitu agama, diri, akal, keturunan dan maruah.
A.  NORMA DAN AKHLAK DALAM PEREKONOMIAN DAN MUAMALAT ISLAMI
JIKA kita berbicara tentang norma dan muamalat islami kita akan menemukan empat sandi utama. Keempat sandi tersebut adalah ketuhanan,etika,kemanusiaan,dan sikap pertengahan.keempat sandi tersebut merupakan ciri khas ekonomi islam, bahkan dalam realita merupakan milik bersama umat islam dan tampak dalam segala hal yang berbentuk islami.
Setiap norma ini mempunyai cabang-cabang, buah dan pengaruh bagi aspek ekonomi dan sistem keuangan islam, baik dalam hal produksi,konsumsi,distribusi,masalh ekspor,maupun inpor yang semuanya diwarnai dengan norma ini. Kalau tidak maka bisa dipastikan bahwa islam hanya sekedar simbol atau selogan pengakuan belaka.
a. Sistem ekonomi bercirikan ketuhanan
       1.Hubungan Ekonomi dengan islam
       a.Bertitik Tolak dari Paham Ketuhanan
Ekonomi Islam Adalah  ekonomi yang berdasarkan ketuhanan. Sistem ini bertitik tolak dari Allah, bertujuan akhir kepada Allah,dan dan menggunakan sarana yang tidak lepas dari syariat Allah. Aktivitas ekonomi seperti produksi, distrubusi, konsumsi, impor, ekspor tidak lepas dari titik tolak ketuhanan dan bertujuan akhir untuk Tuhan. Kalau seseorang muslim bekerja dalam bidang produksi maka tidak lain karena ingin memenuhi perintah Allah.

Allah berfirman:
67:15


Artinya:
 “Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagi kamu. Maka berjalanlah  di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-nya dan hanya kepadanya lah kamu(kembali setelah) dibangkitkan.”(al-mulk:15)
Ketika menanam, seseorang muslim merasa bahwa yang ia kerjakan adalah ibadah karena Allah semata. Begitu pula ketika ia sedang membajak,mengayam, ataupun berdagang. Makin tekun ia bekerja, makin taqwa ia kepada Aallah, bertambah rapi pekerjaanya,bertambah dekat ia kepadanya. Ketika ia menggunakan atau menikmati sesuatu di dunia ini,secara tidak  langsung ia juga telah beribadah dan memenuhi perintah Allah.
Allah berfiman:
2:168
Artinya: Wahai manusia?  Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu. “(al-Baqarah:168)”
Ia memanfaatkan kenikmatan dunia ini secukupnya, tidak berlebihan,dan tidak juga terlalu mengikat pinggang. Sikap “pertengahan” ini tidak disia-siakan Allah, bahkan dinilai sebagai suatu ketaatan kepadanya.
Allah berfirman:
7:31
Artinya: Wahai anak cucu Adam? Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) mesjid,makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. “(al-A’raf:31)”
Ketika seorang muslim menikmati berbagi kebaikkan, terbetik dalam hatinya bahwa semua itu adalah rezeki yang diberikan Allah kepada hambanya. Maka merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim untuk mensyukuri segala nikmat itu
Allah berfirman:
2:172

Artinya:
Wahai orang-orang beriman? Makanlah dari rezeki yang baik yang kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepadanya.”(al-Baqarah:172)”
b.         Ekonomi Pengunjung Akidah
       Ekonomi dalam pandangan Islam bukanlah tujuan akhir dari kehidupan ini tetapi suatu perlengkapan kehidupan, sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, penunjang dan pelayanan bagi akidah dan bagi misi yang diembannya.
Islam adalah agama yang mengatur tatanan hidup yang sempurna, kehidupan Idividu dan masyarakat, baik aspek rasio, materi, maupun spritual, yang didampingi oleh Ekonomi, sosial, dan politik.
Ekonomi yang berladaskan akidah, Ekonomi merupakan bagian dri kehidupan dan tidak bisa dilepaskan dari kehidupan. Namun ia, bukanlah pondasi bangunannya dan bukan tujuan risalah Islam. Ekonomi juga bukan lambang peradaban suatu umat.
Akidah sebagai asas:
     I.               Percaya kepada Tuhan Yang Maha Tinggi, yang menciptakan dan menyempurnakan penciptaan-Nya, dan dan yang menentukan qadhar masing-masing, serta pemberi petunjuk. Itulah Allah. Allah itu “Tuhan semesta alam, Maha Pengasiah lagi Maha Penyayang. Yang menguasi hari pembalasan”. Kepada-nya kita memuji dan kepada-nya lah kita serahkan segala urusan.
   II.               Percaya bahwa manusia bukan hanya bentuk fisik. Ia bukan hanya kerangka yang terdiri atas tulang,daging, dan persendian. Manusia juga adalah ruh tinggi yang menempati kerangka ini. Manusia adalah percikan nur Tuhan yang terdapat dalam bungkusan tubuh dari tanah. Inilah yang tersembunyi di balik pantasnya manusia menjadi khalifatullah di muka bumi.
III.               Yakin bahwa seluruh manusia adalah hamba-hamba dari satu Tuhan, dibebaskan dari perhambaan kepada selain Allah. Semua sama dalam penciptaan dan tempat kembali kepada-nya, bersaudara dan perikemanusiaan. Semu sama karena merkeka tercipta dari satu bapak, yakni Adam a.s.
IV.               Allah tidk membiarkan manusia sia-sia, tidak meniggalkan mereka merana tanpa suatu kepastian,tetapa Allah mengutus untuk mereka seorang yang menunjukkan kepada mereka tujuan dan jalan yang harus ditempuh.
  V.               Sesungguhnya tugas manusia dalam kehidupan ini bukanlah untuk makn dan menikmati kehidupan sebagaimana makhluk lainnya, tapi adalah menyembah Allah yang satu,berbuat kebajikan untuk mendapatkan ridha-nya, mencegah kemungkaran dan berpegang teguh dengan tali yang kuat (Islam), serta sabar dalam menghadapi cobaan.”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati  supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
VI.               Sesungguhnya mati bukanlah akhir atau penutup kehidupan manusia. Kematian adalah perpindahan dari kehidupan dunia menuju kehidupan baru, tempat setia orang menerima ganjaran dari amal perbuatannya di dunia. Dan ia kekal di dalamnya. “Maka pakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakn kamu secara main-main saja, dan bahwa  kamu tidak akan di kembalikan kepada kami ? Maka Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenarnya. Tiada tuhan selain dia.
B.  SISTEM EKONOMI BERLANDASAN ETIKA
a.Ekonomi Dan Etika
Yang membedakan islam dengan materialisme ialah bahwa islam tidak pernah memishkan ekonomi dengan etika, sebagaimana tidak pernah memisahkan ilmu dengan akhlak, politik dan etika, perang dengan etika dan kerabat sedarah sedaging dengan kehidupan islam. Islma adalah risalah yang diturunkan Allah melaui Rasul untuk membenahi akhlak manusia. Nabi saw.bersabda,” sesungguhnya aku diutus utuk menyempurnakan akhlak mulia”.
Islam juga tidak memisahkan agama dengan negara dan materi denagn spritual sebagaimana yang dilakukan Eropa dengan konsep sekularismenya. Islam juga bebeda dengan konsep kapitalisme yang memisahkan akhlak denagn ekonomi.
Manusia muslim,individu maupun kelompok-kelompok dalam lapangan ekonomi atau bisnis-bisnis di satu sisi diberi kebebasan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. Namun di sisi lain,ia terikat dengan iman dan etika sehingga ia tidak bebas mutlak dalam menginvestasikan modalnya atau membelanjakan hartanya’
Masyarakat muslim tidak bebas tanpa kendali dalam memproduksi segala sumber daya alam,mendistribusikannya, atau mengkonsumsikannya. Ia terikat dengan buhul akidah dan etika mulia,di samping juga dengan hukum-hukum Islam.
b.Kegangguan Nonmuslim terhadap Etika Ekonomi Islam
Pakar ekonomi noumuslim mengakui keunggulan sistem ekonomi Islam. Menurut mereka, Islam telah sukses menggabungkan etika dan ekonomi, sementara sistem kapitalis dan sosialis memisahkan keduanya.
Jack Austri, seorang dari prancis, dalm bukunya islam dan pengembangan Ekonomi mengatakan,”Islam adalah gabungan antara tatanan kehidupan praktis dan sumber etika yang mulia. Antara keduanya terdapat ikatan bahwa orang-ornag Islam tidak akan menerima ekonomi kapitalis. Dan ekonomi yang kekuatannya berdasarkan wahyu dari langit itu tanpa diragukan lagi adalah ekonomi yang berdasarkan etika.”
Di samping mampu memberikan nilai tambah pada sistem,etika tersebut juga bisa mengisi kekosongan pemikiran yang ditakutkan suatu saat timbul akibat perkembangan teknolgi.



C. NORMA KAPASITALISME ETIKA DALAM EKONOMI ISLAM
a. Krisis Ekonomi Secara Global
Krisis ekonomi global saat ini seolah menjadi siklus yang terjadi di setiap awal abad. Dampak destruktif dari krisis ini mengingatkan banyak kalangan kepada krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1930-an yang disebut sebagai depresi besar (great depression). Sebagaimana depresi besar, krisis kali inii juga menempatkan kapitalisme sebagai pusat perdebatan. Tidak sedikit kalangan yang menganggap krisis ekonomi global saat ini adalah akhir sejarah kapitalisme. Dengan demikian, bagi mereka, sudah saatnya mencari dan memformulasikan tata ekonomi dunia baru.
Diskusi “Islam dan Kapitalisme” yang diselenggarakan dalam rangka Hari Lahir Jaringan Islam Liberal ke-8, 23 dan 25 Maret 2009, mencoba mengurai perdebatan seputar hubungan antara Islam dan kapitalisme. Diskusi hari pertama membahas tema “Respon Islam terhadap Kapitalisme.” M. Dawam Rahardjo dan Luthfi Assyaukanie hadir sebagai pembicara pada diskusi pertama.
Luthfi Assyaukanie berupaya memberi bingkai kontekstual terhadap isu Islam dan kapitalisme. Menurut Luthfi, tema Islam dan kapitalisme sesungguhnya adalah rangkaian dari tema-tema umum yang mencoba mencari kompatibilitas antara Islam dan ideologi-ideologi lain seperti sosialisme, demokrasi, dan hak asasi manusia. Tentu saja ada banyak tantangan dari dunia Islam untuk menerima konsep-konsep yang lahir di Barat tersebut. Itulah sebabnya, tidak sedikit orang, baik Islam maupun pengamat luar, yang menganggap bahwa Islam adalah sebuah masyarakat yang unik yang susah menerima konsep-konsep modern yang lahir dari Barat. Namun begitu,masih lebih banyak yang menganggap bahwa konsep-konsep yang sekarang berkembang di dunia modern adalah universal dan bukan merupakan produk unik dari budaya tertentu. Islam juga memiliki kompatibilitas dengan segala konsep yang bertujuan mengangkat harkat dan martabat manusia, darimanapun asalnya.
Persoalannya adalah bahwa jika masyarakat Muslim sudah mulai bisa menerima konsep demokrasi dan hak asasi manusia, dengan mulai munculnya rezim-rezim demokratis di pelbagai negara Muslim saat ini, tetapi tidak demikian halnya dengan kapitalisme. Masyarakat Muslim dengan mudah menerima konsep kebebasan dalam politik, tapi selalu curiga terhadap konsep kebebasan ekonomi.
Menurut Luthfi, sikap antagonistik masyarakat Muslim terhadap kapitalisme disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, pengalaman pahit masyarakat Muslim berhadapan dengan kolonialisme selama beberapa abad menjadikan masyarakat Muslim menolak apa saja yang datang dari negara-negara kolonial, terutama kapitalisme. Kolonialisme dianggap sebagai bentuk implementasi sistem ekonomi kapitalistik. Kedua, sikap materialistik yang ada dalam sistem kapitalisme dinilai berbahaya bagi iman Islam yang menekankan kehidupan setelah mati. Ketiga, kapitalisme dianggap melegalkan dan mendorong budaya hedonistik, sesuatu yang tidak patut dan tercela dalam kehidupan masyarakat Islam. Keempat, kapitalisme dianggap sebagai biang keladi kesenjangan dan kemunduran ekonomi masyarakat Muslim saat ini. Lebih dari itu, kapitalisme dianggap tidak memiliki kepekaan sosial. Luthfi menilai kesimpulan-kesimpulan ini terlalu sederhana dan cenderung menyesatkan.

Pengalaman kolonialisme tampaknya menjadi faktor utama sikap antagonistik ini. Luthfi mencontohkan bagaimana Tjokroaminoto menyebut ada dua macam kapitalisme: “kapitalisme baik” dan “kapitalisme buruk” (sinful capitalism). Kapitalisme yang baik adalah kapitalisme yang dijalankan oleh para pedagang dan pengusaha pribumi, terutama kaum Muslim. Sementara kapitalisme buruk adalah kapitalisme yang dijalankan oleh pengusaha-pengusaha Belanda dan antek-anteknya (terutama keturunan Cina). Sikap-sikap semacam ini tampak dominan di kalangan aktivis dan pemimpin bangsa Indonesia di awal-awal kebangkitan nasional dan kemerdekaan. Tidak heran kemudian jika yang muncul saat itu adalah sikap pro-sosialisme dan anti-kapitalisme.
b. Norma Kapitalisme Dalam Islam
Sikap anti-kapitalisme dan menempatkan Islam di seberang kapitalisme, menurut Luthfi, sungguh berbahaya jika tidak disertai penjelasan yang memadai. Luthfi mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem ekonomi di mana seseorang bebas memiliki dan mengontrol harta dan kekayaan miliknya. Property right menjadi kata kunci dalam hal ini. Secara lebih luas kemudian kapitalisme didefinisikan sebuah sistem ekonomi yang menyerahkan mekanisme penanaman modal, disribusi, produksi, penentuan harga, komoditas, barang, dan jasa kepada keputusan pribadi secara sukarela. Ekonomi pasar kemudian menjadi kemestian dalam sistm ini.
Secara umum, Nabi Muhammad tidak pernah mengecam praktik pengumpulan kekayaan. Yang dikecam adalah praktik kecurangan dalam kegiatan ekonomi tersebut. Beberapa literatur bahkan menempatkan Nabi sebagai pembela mekanisme pasar. Dia, misalnya, menolak permintaan para sahabat untuk mengendalikan gejolak ekonomi dengan mematok harga. Mematok harga adalah perbuatan yang melawan sunnatullah. “Sesungguhnya Allahlah yang menetapkan harga, dan menurunkannya, melapangkan dan meluaskan rezki. Janganlah seseorang di antara kalian menuntut saya untuk berlaku zalim dalam soal harta maupun nyawa” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, dan Ibnu Hibban).
Kedekatan Islam dan sosialisme yang dianut oleh banyak pengemat dibantah secara serius oleh Maxime Rodinson, Islam and Capitalism, yang menyatakan bahwa sesungguhnya dunia Islam justru sangat dekat dengan kapitalisme. Rodinson meminjam kerangka teori sosiologi Max Weber yang menemukan bahwa sangat mungkin aspek-aspek kesadaran religius Protestantisme berpengaruh terhadap perkembangan dan kemunculan kapitalisme. Kendati pada tahap selanjutnya kapitalisme menjadi sangat berpengaruh terhadap perkembangan agama itu sendiri.
Menurut Rodinson, kapitalisme harus dibedakan dalam dua kategori: kapitalisme sebagai institusi dan kapitalisme sebagai mentalitas. Dari kedua kategori ini, kapitalisme muncul dalam tiga bentuk: kapitalisme komersial, kapitalisme finansial, dan kapitalisme industrial. Masyarakat Muslim, menurut Rodinson, datang pada konteks masyarakat Arab yang mempraktikkan kapitalisme komersial. Tidak heran kemudian jika bahasa perdagangan akan sangat mudah ditemui dalam al-Quran, misalnya “Hal adullukum ala Tijarah” (Maukah engkau kuberi tahu tentang perdagangan?).
Dawam menilai bahwa meski Islam lahir dalam konteks kapitalisme, tetapi hubungannya bukan hubungan statis. Di samping menerima konsep kapitalisme, Islam juga memberi kritik dan masukan. Islam memperkenalkan dua modal ekonomi, yaitu finasial dan manusia: “Wajahidu fi sabili bi amwalikum wa anfusikum” (Berjihadlah di jalan Allah dengan harta dan jiwamu). Menurut Dawam, hal ini sejalan dengan kapitalisme, sebagaimana yang diterangkan dalam teori pertumbuhan Harold-Domar, bahwa ada dua modal dalam ekonomi: modal finansial atau fisik dan modal tenaga kerja manusia. Tetapi sosialisme juga menekankan pada moda produksi yang tidak hanya bertumpu pada kekuatan produksi (production force), melainkan juga hubungan sosial (social relation of production).
Islam, dalam kacamata Rodinson, berkembang dari masyarakat kapitalisme tradisional. Sejarah kemudian mencatat bahwa Islam tersebar ke pelbagai pelosok dunia juga dengan menggunakan kendaraan kapitalisme dan perdagangan. Itulah sebabnya penyebaran Islam lebih lambat 300 tahun dari perluasan kekuasaan politik raja-raja Islam. Ini pula yang dijadikan sebagai argumen untuk membantah tesis yang menyatakan bahwa Islam disebarkan dengan pedang dan darah.
Sejak awal, kapitalisme dan Islam sudah berada pada jalur yang sama. Dawam menegaskan bahwa apa yang disebut sebagai etika ekonomi Islam sesungguhnya berjalan sejajar dengan norma ekonomi kapitalisme. Fakta bahwa etika mengenai kerja, kekayaan dan kepemilikan, perdagangan, keuangan, industri, dan pelbagai inovasi tehnologi yang berkembang pesat pada masa-masa kejayaan Islam membuktikan bahwa norma kapitalisme tumbuh subur dalam budaya ekonomi Islam. Rodinson bahkan menyebut kota-kota semacam Granada, Cordoba, Baghdad, Damaskus dan kota-kota besar Islam lainnya adalah sama dengan Paris, London, atau Washington pada masanya. Mereka adalah kota-kota metropolitan dan pusat-pusat kapitalisme dunia.
Namun begitu, Dawam membatasi kompatibilitas Islam dan kapitalisme hanya pada kapitalisme tradisional atau kapitalisme komersial. Sementara kapitalisme dalam bentuk yang lebih mutakhir seperti kapitalisme negara (state capitalism), kapitalisme finansial, maupun kapitalisme monopoli memerlukan penjelasan yang lebih hati-hati. Bicara mengenai kompatibilitas Islam dan kapitalisme sesungguhnya memiliki persoalan serius, sebab keduanya memiliki varian yang sangat kaya. Islam dan kapitalisme mana yang kita maksud?
Bagi Dawam, kapitalisme dalam beragam bentuk adalah sebuah kemestian. Tidak ada negara dan masyarakat yang benar-benar bisa lepas dari sistem ini, mulai dari tahap tradisional (komersial), politik, maupun rasional (meminjam kategori Max Weber). Apa yang runtuh di Uni Soviet dan Cina sekarang ini bukanlah sistem ekonomi sosialisme, melainkan kapitalisme negara (state capitalism). Sosialisme sesungguhnya tidak pernah runtuh, karena munculpun belum. Pada akhirnya, kapitalisme menjadi semacam sunnatullah dengan berbagai varian dan perkembangannya.

D. PENGENALAN EKONOMI ISLAM
 Islam merupakan agama samawi yang lengkap meliputi segala aspek dalam pelbagai samada dari aspek kerohanian, kebendaan dan jasmani. Islam bukan sahaja merupakan akidah semata-mata tetapi ia juga meliputi peraturan mengenai politik, ekonomi dan kemasyarakatan. Rasulullah saw sendiri melaksanakan pemerintahan di Madinah Al-Munawwarah yang meliputi aspek-aspek ekonomi seperti mengadakan pasar muamalat secara Islam. Dari sini ekonomi Islam telah berkembang berdasarkan syariat Islam bagi membentuk peradaban dunia yang beretika dan berakhlak tinggi.
Islam menyediakan sebuah sistem ekonomi yang sempurna di dalam mempergunakan sumber-sumber yang dikurniakan oleh Allah bagi memenuhi keperluan-keperluan yang dikehendaki oleh semua manusia, serta menyediakan keadaan-keadaan yang dapat menjadikan kehidupan ini lebih selesa. Islam menganggap kekayaan sebagai satu amanah dari Allah dan mestilah digunakan dengan baik kerana ia adalah satu ujian akidah dan pemilikan manusia hanya sebagai pemegang amanah, yang diamanah dengan tujuan mencapai objektif-objektif Allah. Dua objektif yang terpenting ialah kesejahteraan manusia sejagat dan keadilan sosioekonomi.

a.         Ekonomi Islam
Kedatangan Islam sejak 14 kurun yang lalu telah membawa asas-asas dan panduan yang lengkap bagi membentuk dan melaksanakan ekonomi Islam walaupun nas-nas al-Quran mengenainya adalah secara umum kecuali nas-nas mengenai harta pusaka yang diturunkan secara detail dan lengkap. Ekonomi ini telah dilaksanakan pada pemerintahan baginda Rasulullah, pemerintahan para khulafa’ al-Rasyidin dan pemerintahan selepas itu. Maksud ekonomi Islam ialah pembinaan etika pengurusan ekonomi yang bertepatan dengan syarak dan asas-asas ekonomi.
Dari segi istilah ekonomi Islam terbahagi kepada 2 bahagian iaitu:
Pertama : Asas-asas tetap yang dikenali sebagai ‘ideologi’ yang merupakan asas-asas yang telah dijelaskan dalam al-Quran yang sewajibnya manusia patuhi. Ia merupakan perkara yang tetap dan tidak akan berubah walaupun dengan perubahan masa, keadaan dan tempat.
Kedua : Asas-asas yang berubah yang dikenali ‘sistem pengurusan’. Prinsip ini berdasarkan etika pengurusan ekonomi dan peraturannya. Ia merupakan pola-pola yang yang boleh berubah mengikut situasi keadaan, masa dan tempat serta keperluan masyarakat dan negara. Perkara ini adalah berkaitan dengan cara perlaksanaan, pengurusan bagi membina ekonomi Islam dalam menyelesaikan permasalahan masyarakat yang sentiasa berubah.
b.         Aspek-aspek yang berubah

Aspek-Aspek yang berubah ialah khas dalam bentuk pelaksanaan dan pengurusan bagi menjayakan asas-asas ekonomi Islam dalam masyarakat yang berubah-ubah. Ia meliputi aspek perancangan, tindakan dan cara penyelesaian yang terbaik dalam masyarakat dan negara. Di antaranya ialah:
1.      Menerangkan kadar kapasiti kos taraf hidup untuk setiap individu masyarakat. Perkara ini sentiasa berubah mengikut keadaan dan tempat. Pemerintah berhak menentukan kadar kos-kos tersebut.
2.      Memastikan keadilan dalam pengagihan harta, menjaga perimbangan ekonomi dalam masyarakat supaya tidak berlaku jurang yang tinggi.
3.      Memastikan pengeluaran yang cukup untuk keperluan masyarakat dan negara.
Menerangkan aspek-aspek jual beli yang dibenarkan oleh syara’ dan menjauhkan aspek penindasan dan riba.
Pelaksanaan teori ekonomi tersebut memerlukan kepada ijtihad semasa disebabkan perubahan tempat, masa dan perubahan sosial dan maklumat tetapi hendaklah mengikut dua aspek asas iaitu:
Pertama : Beriltizam dengan asas-asas ekonomi Islam berdasarkan nas-nas al-Quran  dan as-Sunnah.
Kedua : Hendaklah mengambil hukum mengikut cara yang ditetapkan oleh ulama’ feqah seperti Qias, Istihsan, Istishab dan sebagainya.
Berdasarkan nas-nas yang berkaitan dengan ekonomi agak sedikit dan umum maka didapati para khulafa’ dan imam mujtahidin mengambil pendekatan berdasarkan situasi keadaan masyarakat ketika itu untuk maslahah umat.
Di sini kita dapati bahawa ekonomi Islam adalah gabungan antara aspek-aspek yang tetap yang dikenali sebagai “Ideologi Ekonomi” yang terdiri daripada asas-asas serta usul pokok yang terkandung dalam al-Quran dan as-Sunnah seperti menghormati harta orang lain, tidak mencuri, tidak berbelanja boros dengan aspek yang berubah-ubah yang dikenali sebagai “Sistem Ekonomi” yang sentiasa berubah-ubah mengikut cara pelaksanaan dan pengendaliannya.

c.       Sikap Umat Islam kini dalam melaksanakan Ekonomi Islam
Umat Islam di dunia ini seramai 900 juta orang yang merangkumi 45 buah negara merupakan satu jumlah yang amat besar. Malangnya kebanyakan negara tersebut masih lagi mengunakan ideologi ekonomi kapitalis, sosialis dan lain-lain lagi. Kefahaman mereka mengenai ekonomi Islam agak kurang menyebabkan umat Islam mundur.
Pada awal kurun ini ilmu ekonomi Islam mula dikaji selidik oleh para cendiakawan dan para ulama muslim dalam merangka ekonomi Islam yang lebih konkrit selepas kebanyakan negara Islam mencapai kemerdekaan. Sistem ekonomi barat yang tidak mementingkan aspek kemanusian, akhlak memaksa cendiakawan Muslim bertambah yakin bahawa ekonomi Islam merupakan alternatif terbaik bagi umat Islam dalam mencapai kebahagian hidup yang hakiki. Bagi dunia Islam pendidikan ilmu ekonomi Islam telah mula diperkenalkan dan proses membina masyarakat berteras aspek-aspek ekonomi Islam mula mendapat perhatian. Sumber-sumber ilmu ekonomi Islam amat banyak tetapi terbiar sehinggalah pada waktu ini munculnya cendiakawan Muslim mula meneroka dan menggali khazanah ilmu ekonomi Islam yang telah lama tersohor. Beberapa persidangan mengenai ekonomi Islam telah diadakan seperti:
Persidangan antarabangsa yang pertama dalam ekonomi Islam yan diadakan di Mekah di bawah anjuran Universit Raja Abdul Aziz, Jeddah pada Febuari 21-26 1976, kertas kerja persidangan ini telah dibukukan dalam bahasa Arab dan bahasa Inggeris dan diterjemahkan ke bahasa Melayu oleh Dewan Bahasa dan Pustaka daripada sebahagian dari kertas kerja persidangan tersebut.
Persidangan ekonomi Islam yang diadakan di London pada Julai 1977 anjuran Majlis Islam Eropah (Islamic Council of Europe) dan kertas kerjanya telah dicetak pada tahun 1979 oleh Majlis Islam Eropah dengan tajuk “The Muslem World and the future Economic order”.
Persidangan kedua ekonomi Islam yang diadakan di Islamabad, Pakistan pada 19 hingga 23 Mac 1983 anuran Universiti Islamabad dengan kerjasama Pusat Antarabangsa Penyelidikan Ekonomi Islam di Jeddah.
Pesidangan Antarabangsa Ekonomi Islam yanga diadakan di Paris pada April 1983. Persidangan-persidangan yang diadakan oleh Lujnah Penyelidikan Islam Universiti al-Azhar juga membincangkan topik ekonomi Islam, peranan zakat, penyelidikan harta dan lain-lain. Persidangan ini telah diadakan semenjak tahun 1964 dan sebanyak sembilan persidangan telah diadakan. Antara pembentang kertas kerja yang berkaitan dengan ilmu ekonomi Islam seperti Syeikh Muhammad Abu Zahrah, Dr. Ali Abdul Wahid Wafi dan lain-lain.
Universiti al-Azhar mengajar subjek ekonomi Islam sebagai satu subjek selepas rombakannya pada tahun 1961 dalam Kuliah Perdagangan dan Kuliah Syariah (bahagian siyasah syari’yyah diperingkat pengajian tinggi) Universiti Raja Abdul Aziz di Jeddah juga mengajar subjek ini sejak penubuhannya pada tahun 1964.(10) Walaubagaimanapun ia tidak dapat menghasilkan pakar-pakar dalam bidang ekonomi sehingga rombakkan telah dibuat selepas Muktamar Ulamak Muslim di Kaherah pada September 1972 mengenai pentingnya ekonomi Islam diajar di kolej-kolej serta universiti di negara-negara Islam.
Selepas Muktamar Antarabangsa Ekonomi Islam di Mekah pada 1976, barulah perubahan-prubahan bagi mengajar pelajaran ekonomi Islam semakin berhasil dengan rombakan di Universiti al-Azhar dengan mengadakan pengajian diperingkat ijazah lanjutan dalam bidang ekonomi Islam(11) dan juga Universiti Raja Abdul Aziz, Jeddah, Universiti Jordan Amman, Universiti Umm Durman Khartoum, Universiti Karachi di Karachi, Universiti Punjab di Lahore. Di Malaysia, Universiti Islam Antarabangsa telah memperkenalkan subjek ilmu ekonomi Islam sejak awal penubuhannya.
Satu persidangan siyasah syari’yyah telah diadakan pada 23 & 24 Januari 1995 anjuran kerajaan negeri Terengganu juga telah membincangkan mengenai ekonomi di Malaysia. Antara pembentang kertas kerja ialah Datuk Syed Othman Al Habshi dan Datuk Dr Dbdul Halim Ismail.
Bagi menjayakan prinsip ekonomi Islam, ia memerlukan beberapa aspek berikut:
1.      Ia memerlukan kepada pakar-pakar perunding mengenai ekonomi Islam sehingga dapat mengeluarkan kaedah serta jalan penyelesaian berdasarkan asas-asas syariat Islam.
2.      Memerlukan ijtihad yang baru dalam perkara-perkara yang tidak pernah disentuh oleh fuqaha dahulu atau timbulnya perkara yang memerlukan kepada ijtihad kerana perubahan masa, tempat dan keadaan sosial. Ijtihad serta pendapat ulamak dahulu mungkin berdasarkan situasi zamannya, maka perkara itu telah berubah. Pada zaman sekarang satu kaedah fiqh menyatakan perubahan hukum berdasarkan perubahan masa dan tempat.
3.      Mereka hendaklah menjelaskan konsep ekonomi Islam dengan jelas. Pada hari ini kebanyakkan orang menggambarkan bahawa Islam hanya menyatakan persoalan riba semata-mata tanpa ada jalan penyelesaian bagi perniagaan dan perdagangan dalam Islam.

BAB III

PENUTUP
A.     Kesimpulan
Ekonomi islam adalah suatu ilmu aplikasi petunjuk aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalm memperoleh dan menggunakan sumber daya material agar memenuhi kebuthan manusia agar dapat menjalankan kewajibanya kepada Allah dan masyarakat.
Pada awal kurun ini ilmu ekonomi Islam mula dikaji selidik oleh para cendiakawan dan para ulama muslim dalam merangka ekonomi Islam yang lebih konkrit selepas kebanyakan negara Islam mencapai kemerdekaan. Sistem ekonomi barat yang tidak mementingkan aspek kemanusian, akhlak memaksa cendiakawan Muslim bertambah yakin bahawa ekonomi Islam merupakan alternatif terbaik bagi umat Islam dalam mencapai kebahagian hidup yang hakiki.
Ekonomi ini telah dilaksanakan pada pemerintahan baginda Rasulullah, pemerintahan para khulafa’ al-Rasyidin dan pemerintahan selepas itu. Maksud ekonomi Islam ialah pembinaan etika pengurusan ekonomi yang bertepatan dengan syarak dan asas-asas ekonomi.
B.     Saran
Kita sebagai makhluk sosial harus dapat menjaga norma dan etika asas-saas dalam ekonomi Islam agar dapat memenuhi kebutuhan dalam kehidupan yang ingin kita capai. Di zaman era globalisasi ini  ekonomi bnyak sekali terdapat perkembangan yang luas terutama dalam memenuhi kebutuhan hidup. Sebagai makhluk sosial kita harus dapat menjaga norma dan etika terhadap perkembngan ekonomi yang pesat.










DAFTAR PUSTAKA

-Asaa-asa Ekonomi Islam, oleh M.Sholahuddin, S.E, M.Si.  Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2007
-Norma dan etika ekonomi islam, oleh: Dr.Yusuf Qardhawi,jakarta.gema insansi press,1997
-WWW.Kapitalisme ekonomi dalam islam.com, oleh Saidiman, Jakarta,o7,april 2009.
-WWW.Pengenalan ekonomi.com_ oleh: Al-faqir ila afwa rabbi,Mohd. Rumaizuddin bin Hj. Ghazali Haiyu Sabiek, Madinat Nasr, Kaherah mesir 1995.

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com