Random News

Selasa, 30 September 2014

MAKALAH BUDI PEKERTI



 
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
     Dewasa ini dunia pendidikan sedang mengkaji kembali mengenai perlunya pendidikan budi pekerti atau pendidikan moral/ berkarakter. Hal ini bukan hanya di negara Indonesia tetapi juga di seluruh dunia baik negara berkembang ataupun negara maju. Pendidikan budi pekerti dirasa penting karena banyak sekali masalah yang timul di lingkungan masyarakat karena pudarnya budi pekerti masyarakat terutama di kalangan pelajar.

Penyampaian moral-moral budi pekerti di dalam lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat masih memiliki banyak kendala sehingga kurangnya pemahaman akan arti dan manfaat budi pekerti tersebut. Sebagai dampaknya kita bisa melihat banyaknya tindak kegiatan yang berbau lemahnya moral bangsa, seperti melemahnya ikatan keluarga, perkelahian, tawuran, KKN, dan tindak kriminal lainnya. Oleh karena hal tersebutlah maka diperlukan Pendekatan dan Strategi Pendidikan Budi Pekerti yang memberikan cara-cara dan usaha yang dapat dilakukan untuk tercapainya moral yang lebih baik.

B.  Identifikasi Masalah

     Sesuai dengan judul makalah ini “Pendekatan dan Strategi Pendidikan Budi Pekerti” yang berkaitan dengan lingkungan pendidikan dan penerapan serta cara dan upaya untuk mecapai tujuan yang dimaksud, maka terdapat berbagai masalah yang muncul, antara lain:
a. Hakikat dan pandangan masyarakat terutama warga sekolah mengenai budi pekerti;
b. Manfaat dan tujuan pendidikan budi pekerti bagi masyarakat;
c. Pendekatan dalam pendidikan budi pekerti;
d. Strategi dalam pendidikan budi pekerti;
e. Metode dan model pendidikan budi pekerti;
f. Evaluasi pendidikan budi pekerti; dan
g. Pendidikan budi pekerti di dunia sekolah.

Masalah-masalah tersebutlah yang akan timbul dan saling berkaitan sesuai judul makalah karena kita harus memahami keseluruhannya agar betul-betul memahami dan mampu menerapkannya dalam kehidupan baik sebagai pendidik ataupun peserta didik.

C. Pembatasan Masalah
Dari berbagai masalah di atas, untuk memperjelas dan memperinci masalah yang dibahas agar lebih terfokus dan tidak terlalu luas maka pembahasan makalah ini dibatasi pada masalah berikut:
a. Pendekatan dalam pendidikan budi pekerti, dan
b. Strategi dalam pendidikan budi pekerti.

D.  Perumusan Masalah
     Adapun masalah yang akan dibahas sesuai dengan pembatasan masalah yang telah dipilih antara lain sebagai berikut:
a. Apa saja pendekatan yang digunakan dalam pendidikan budi pekerti?
b. Bagaimana strategi dalam pendidikan budi pekerti?

E. Manfaat Pembahasan
     Setelah membahas materi ini, ada beberapa manfaat yang diharapkan tercapai yaitu:
a. Kita sebagai mahasiswa yang berperan sebagai pendidik dan peserta didik dapat memahami pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam pendidikan budi pekerti:
b. Kita mampu memahami strategi dalam pendidikan budi pekerti; dan
c. Kita mampu menerapkan pendekatan dan strategi yang kita pahami guna menciptakan individu yang berbudi pekerti.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Budi Pekerti

Pengertian budi pekerti dapat dikaji dari berbagai sudut pandang, antara lain secara etimologi (asal usul kata), leksikal (kamus), konsepsional (teori) dan operasional (praktis).

Secara etimologi budi pekerti terdiri dari dua unsur kata, yaitu budi dan pekerti. Budi dalam bahasa ( sangsekerta) berarti kesadaran, budi, pengertian, pikiran dan kecerdasan. Kata pekerti berarti aktualisasi, penampilan, pelaksanaan atau perilaku. Dengan demikian budi pekerti berarti kesadaran yang ditampilkan oleh seseorang dalam berprilaku.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) istilah budi pekerti diartikan sebagai tingkah laku, perangai, akhlak dan watak. Budi pekerti dalam bahasa Arab disebut dengan akhlak, dalam kosa kata latin dikenal dengan istilah etika dan dalam bahasa Inggris disebtu ethics.

B. metode penyampaian pendidikan budi pekerti
Pendidikan budi pekerti bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan.
Pelaksanaannya membutuhkan suatu strategi jitu agar bisa mendapatkan hasil sesuai dengan diharapkan.  Salah satu aspek penting dalam strategi tersebut diantaranya adalah aspek metode penyampaian. Sebagai seorang guru harus pintar-pintar memilih metode yang digunakan sesuai dengan kondisi siswa-siswanya.
Menurut Paul Suparno, dkk (2002: 45-52) ada beberapa metode penyampaian pendidikan budi pekerti, antara lain :
1. Metode Demokratis
Metode demokratis menekankan pencarian secara bebas dan penghayatan nilai-nilai hidup dengan langsung melibatkan anak untuk menentukan nilai-nilai tersebut dalam
pendampingan dan pengarahan guru. Anak diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan, pendapat, dan penilaian terhadap nilai-nilai yang ditemukan. Guru tidak bersikap sebagai pemberi informasi satu-satunya. Guru berperan sebagai penjaga garis atau koridor dalam penemuan nilai hidup tersebut. Nilai-nilai yang dapat ditanamkan dari metode ini adalah keterbukaan, kejujuran, penghargaan pendapat orang lain, sportivitas, kerendahan hati, dan toleransi. Pencarian nilai-nilai tersebut bisa dilakukan dengan mengamati secara langsung kasus-kasus yang ada di lingkungan sekolah kemudian siswa diminta  menentukan dampak positif dan negatif terhadap masyarakat sekitar. Dari dampak-dampak tersebut kemudian siswa dituntut untuk menentukan nilai-nilai yang terkandung dalam kasus yang mereka amati.
 2. Metode Pencarian Bersama
Metode ini menekankan pada pencarian bersama yang melibatkan siswa dan guru. Pencarian bersama lebih berorientasi pada diskusi atas soal-soal yang aktual dalam masyarakat, dimana dalam proses ini diharapkan menumbuhkan sikap berpikir logis, analitis, sistematis, argumentatif untuk dapat mengambil nilai-nilai hidup dari masalah yang diolah bersama. Melalui metode ini siswa diajak aktif mencari dan menemukan tema yang sedang berkembang dan menjadi perhatian bersama. Dengan menemukan permasalahan, mengkritisi dan mengolahnya anak diharpkan dapat menemukan nilai-nilai yang ada dan menerapkannya dalam kehidupan mereka. Anak diajak untuk secara kritis mengolah sebab akibat dari permasalahan yang muncul tersebut. Anak diajari untuk tidak cepat menyimpulkan apalagi mengambil sikap, namun dengan cermat dan hati-hati melihat duduk permasalahan untuk sampai pada pengambilan sikap.
 3. Metode Siswa Aktif
Metode siswa aktif menekankan pada proses yang melibatkan anak sejak awal pembelajaran. Guru memberikan pokok bahasan dan anak dalam kelompok mencari dan mengembangkan proses selanjutnya. Anak membuat pengamatan, pembahasan analisis sampai pada proses penyimpulan atas kegiatan mereka. Metode ini ingin mendorong anak untuk mempunyai kreatifitas, ketelitian, kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, kerja sama, kejujuran, dan daya juang.

 4. Metode Keteladanan
Anak belajar dari lingkungan terdekat dan mempunyai intensitas rasional yang tinggi. Proses pembentukan pekerti pada anak dimulai dengan melihat orang yang akan diteladani. Anak melihat apa yang dilakukan oleh guru kemudian merekam dan menirunya. Dengan keteladanan guru dapat membimbing anak untuk membentuk sikap yang kokoh. Keselarasan antara kata dan tindakan dari guru akan amat berarti berarti bagi siswa. Anak akan berpikir bahwa apa yang mereka ajarkan itu benar dan bisa ditiru. Akan tetapi jika tidak terjadi kecocokan antara kata dan tindakan yang dilakukan guru maka siswa akan menganggap nilai yang mereka ajarkan itu tidak benar. Akan berbahaya jika perilaku guru yang salah itu ditiru siswa. Maka ini berarti bahwa guru menjerumuskan siswa. Oleh karena itu dituntut ketulusan, keteguhan, kekonsistenan hidup seorang guru. Budi pekerti adalah sikap hidup yang disadari, diyakini, dan dihayati dalam tingkat tingkah laku kehidupan. Kesatuan antara pikiran, perkataan dan perbuatan.
5. Metode Live In
Metode live in atau pengalaman langsung dimaksudkan agar siswa mempunyai pengalaman hidup bersama orang lain langsung dalam situasi yang berbeda dari kehidupan sehari-harinya. Dengan pengalaman langsung anak dapat mengenal lingkungan hidup yang berbeda dalam cara berpikir, tantangan, permasalahan termasuk tentang nilai-nilai hidupnya. Live in tidak harus berhari-hari secara berturut-turut dilaksanakan. Misalnya anak diajak berkunjung dan membantu suatu panti asuhan anak-anak cacat. Siswa diajak terlibat dalam melaksanakan tugas-tugas harian yang bisa mereka jalankan, tidak membutuhkan keahlian khusus, dan tidak berbahaya bagi kedua belah pihak. Membantu dan melayani anggota panti asuhan yang tergantung pada orang lain akan memberi pengalaman khusus bagi siswa dan bisa meningkatkan rasa syukur mereka karena bisa hidup dengan lebih baik.
6. Metode Penjernihan Nilai
Metode penjernihan nilai dilakukan dengan dialog afektif dalam bentuk sharing atau diskusi yang mendalam dan intensif. Berbagai latar belakang sosial kehidupan, pendidikan, dan pengalaman dapat membawa perbedaan pemahaman dan penerapan nilai-nilai hidup. Adanya berbagai pandangan hidup dalam masyarakat bisa membuat seorang anak bingung. Apabila kebingungan ini tidak dapat terungkap dengan baik dan tidak mendapat pendampingan yang baik pula maka anak bisa mengalami pembelokan nilai hidup.oleh karena itulah proses penjernihan nilai penting untuk dilakukan. Misalnya, pada mata pelajaran kewarganegaraan siswa diajak membahas kasus korupsi yang sedang marak di Indonesia. Tahap demi tahap anak diajak untuk melihat dan menilai apa yang terjadi dalam masyarakatdan akhirnya pada apa yang mereka lakukan. Siswa diajak untuk melihat bahwa tindakan salah dan benar tidak tergantung pada banyak sedikitnya pelaku namun pada nilai tindakan itu sendiri. Pada akhirnya siswa siswa bisa menentukan dan berani mengambil sikap yang baik dalam hidupnya.
Inovasi-inovasi dilakukan bergantung kreativitas guru masing-masing sesuai dengan karakteristik siswa masing-masing, lingkungan sekolah serta situasi dan kondisi yang ada.
C. Model penyampaian
Keberhasilan untuk menawarkan dan dan menanamkan nilai-nilai hidup melalui pendidikan budi pekerti di pengaruhi oleh cara penyampaiannya.

a. Model sebagai mata pelajaran tersendiri.

Pendidikan budi pekerti sebagai mata pelajaran tersendiri seperti bidang studi lain dalam hal ini guru pendidikan budi pekerti harus membuat Garis besar pedoman pengajaran (GBPP), Satuan Pelajaran (SP), Rencana Pengajaran (RP), Metedologi pengajaran, dan evaluasi pengajaran. Selain itu juga ia harus dimasukkan dalam jadwal yang terstruktur

Keunggulan: Materi lebih terfokus & terencana dengan matang, Pelajaran. Lebih terstruktur & terukur sebagai informasi, Ada jam yang sudah ditentukan sebagai kesempatan pemberian informasi, Guru dapat membuat perencanaan, & mempunyai banyak kesempatan untuk mengembangkan kreatifitas.

Kelemahan: Tuntutan ketat sehinggga lebih banyak menyentuh aspek kognitif belaka, tidak sampai pada kesadaran & internalisasi nilai hidup, Penanaman nilai seolah hanya tertumpuk pada guru PBP & keterlibatan guru lain dapat lepas sama sekali.

b. Model terintegrasi dalam semua bidang studi

Penanaman nilai budi pekerti juga dapat di sampaikan secara terintegrasi dalam semua bidang studi. Guru dapat memilih nilai-nilai yang di tanamkan melalui beberapa pokok bahasan yang berkaitan dengan nilai-nilai hidup.

c. Model diluar pengajaran.

Penanaman nilai dengan model ini lebih mengutamakan pengolahan dan penanaman nilai melalui suatu kegiatan untuk di bahas dan di kupas nilai-nilai hidupnya.

      Keunggulan: Penanaman nilai lebih tertanam karena melaluipengalaman konkret, Keterlibatan anak dlm menggalinilai lebih mendalam & mengembirakan.

      Kelemahan: Tidak memiliki struktur yang tetap dalam kerangka pendidikan. & pengajaran. di sekolah shg dibutuhkan waktu lebih banyak untuk mendapatkan nilai, Menuntut kreativitas & pemahaman akan kebutuhan anak secara. mendalam, Dibutuhkan pendamping yg kompak & mempunyai persepsi yg sama, Kegiatan tidak cukup hanya setahun sekali atau dua kali, tetap harus berulang kali.

d. Model gabungan.

Model gabungan berarti menggunakan gabungan antara model terintegrasi dan model diluar pengajaran, penanaman niai dilakukan melalui pengakuan fomal terintegrasi bersamaan dengan kegiatan diluar pengajaran.

( Gabungan antara Model Terintegrasi & Model di Luar Pengajaran)

Keunggulan: Semua guru terlibat, bahkan dpt & harus mau belajar dari pihak luar untuk megembangkan diri & siswa, Anak mengenal nilai sec. informatif & diperkuat dg pengalaman melalui kegiatan kegiatan yg terencana dg baik.

Kelemahan: Menuntut keterlibatan banyak pihak, Banyak waktu untuk koordinasi, Banyak biaya, & Kesepahaman yg mendalam, terlebih jk melibatkan pihak luar sekolah, Tdk semua guru mempunyai kompetensi & keterampilan dlm penanaman nilai.



BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Pelaksanaannya membutuhkan suatu strategi jitu agar bisa mendapatkan hasil sesuai dengan diharapkan.  Salah satu aspek penting dalam strategi tersebut diantaranya adalah aspek metode penyampaian. Sebagai seorang guru harus pintar-pintar memilih metode yang digunakan sesuai dengan kondisi siswa-siswanya. Adapun metode nya yaitu:
1. Metode Demokratis
2. Metode Pencarian Bersama 
3. Metode Siswa Aktif
4. Metode Keteladanan
5. Metode Live In
6. Metode Penjernihan Nilai
Keberhasilan untuk menawarkan dan dan menanamkan nilai-nilai hidup melalui pendidikan budi pekerti di pengaruhi oleh cara penyampaiannya. Adapun model dalam penyampaian nya yaitu: Model sebagai mata pelajaran tersendiri, Model terintegrasi dalam semua bidang studi, Model diluar pengajaran, Model gabungan. Setiap model ini memiliki kelebihan dan kukuangannya masing-masing




DAFTAR PUSTAKA

Reference : Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan.Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Muchas samani dan hariyanto, 2011Konsep dan Model Pendidikan Karaktrer, PT Remaja Rosda Karya, Bandung

Abdul Majid dan Dian Andayani, 2011Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam23Zd6*, PT Rosda karya, Bandung

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com